Jadi, bagaimana untuk menguranginya? Tentu saja sebisa mungkin memproduksi bahan makanan sendiri, tidak menjadikan makanan impor atau kemasan sebagai habit tentu akan berdampak besar terhadap keberlangsungan bumi di masa depan.
PANDAI MEMILAH SAMPAHÂ
Perkara sampah, ini menarik. Sebagian besar orang akan mengira jika India itu penuh sampah di mana-mana sedangkan negara maju seperti Perancis dan Inggris jauh lebih bersih. Faktanya tidak demikian.
Saat mengunjungi Big Ben, saya terkejut mendapati pintu keluar stasiun underground/tube Westminster yang berada tak jauh dari tepi Sungai Thames penuh sampah dan mengeluarkan bau tidak sedap. Saya masih maklum jika sampah itu ada di pinggiran kota, tapi mengingat Big Ben ikon dan berada di tengah kota London, jelas saya nggak habis pikir.
Di sisi lain, kota-kota di Provinsi Kerala, India sangat bersih. Bahkan jauh lebih bersih ketimbang Palembang, kota saya sendiri. Walaupun, harus di akui di tempat dan kota lainnya, sampah adalah satu problem yang tak berkesudahan bagi negeri Hindustan tersebut.
Di Eropa saya belajar bahwa sampah dipililah berdasarkan jenis-jenisnya. Tak hanya sampah organik atau non organik, di kediaman Nejc --host saya di Ljubljana, dia bahkan meminta saya untuk memisahkan sampah-sampah kertas yang akan dia daur ulang sendiri!
Di Indonesia, potensi sampah yang dihasilkan dari 45 kota besar di Indonesia mencapai 4 juta ton/tahun. Sampah yang tertimbun dan terurai itu akan menghasilkan potensi gas metana sebanyak 11.390 ton CH4 atau setara 239.199 ton CO2 setiap tahunnya.
Nah, jika sampah itu dibakar maka akan menghasilkan gas rumah kaca tak hanya CO2, namun juga N2O, NH3, NOX dan karbon organik yang dapat merusak lapisan ozon. Tak heran bumi semakin panas, kan!