Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menikmati Perjalanan Paimo di Buku "Bersepeda Melintasi Benua, Merambah Dunia"

12 Oktober 2021   15:31 Diperbarui: 12 Oktober 2021   15:36 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source image: gramedia.com

Buku Om Paimo yang saya punya. Dokpri.
Buku Om Paimo yang saya punya. Dokpri.


Ada banyak sekali suka duka yang dibagikan. Yang saya paling salut sih ketahanan fisiknya ya. Menembus cuaca panas yang ekstrim atau juga cuaca dingin yang membekukan. Belum lagi jika saat di perjalanan sepeda kemudian rusak, entah itu ban bocor, rantai putus atau tempat penyimpanan robek. Semua harus diatasi seorang diri.

Hampir tiap malam, Om Paimo akan berkemah di mana saja. Jika kebetulan sedang menembus jalanan di perkebunan sawit, maka di sanalah dia akan bermalam. Untuk saya yang penakut ini, nggak kebayang ya, jika menginap di tengah hutan dengan segala macam ancaman yang menghadang. Ntah itu setan, binatang buas atau bahkan perampok.

Jika beruntung, Om Paimo akan menumpang bermalam di perkarangan rumah penduduk. Di sini juga banyak kisah harunya, misalnya saat dijamu penduduk lokal yang tak berpunya, dia dihidangkan sepiring nasi dan sebutir telur rebus. Rupanya, telur rebus itu harus dibagi tiga dan dimakan bersama dengan pemilik rumah. Salut, di tengah keterbatasan mereka, tapi tetap saja upaya menjamu tamunya diacungi jempol.

Kendala bahasa juga pernah berujung petaka. Saat menumpang di perbatasan kebun seseorang di pedalaman Thailand, tiba-tiba dia didatangi pria-pria yang membawa senjata tajam.

"...tiba-tiba muncul sebuah mobil bak terbuka yang disesaki orang-orang dengan parang dan pentungan kayu di tangan. Mereka beramai-ramai turun dari mobil dengan wajah tegang serta sorot mata menunjukkan ketidaksukaan. 

Jantung berdegup kencang." Hal.143. Rupanya, orang-orang ini beranggapan Paimo adalah musuh teman mereka, si pemilik lahan. Setelah dijelaskan, barulah orang-orang itu melunak. Untung nggak keburu kena bacok, kan?

Di lain waktu, saat Om Paimo berkemah di sebuah reruntuhan di tengah ilalang, dia juga hampir kena sasaran penjahat. Beruntung saat intuisinya mengatakan ada satu yang tidak beres, beliau bergegas merapikan tenda dan bersembunyi di antara kegelapan. Ini salah satu episode menegangkan.

Kolase perjalanan. Dokpri.
Kolase perjalanan. Dokpri.

Apa sih bedanya berkendara di negara berkembang dan maju? Tentu saja infrastruktur. Negara maju biasanya memiliki jalanan yang mulus. Namun, di sisi lain, ketatnya peraturan juga menyulitkan. Tidak sembarang area dapat digunakan untuk mendirikan tenda. Berbeda dengan negara berkembang yang rasanya tak banyak aturan.

Oh ya, pengalaman beliau menembus perbatasan juga tak kalah menarik. Kadang dipersulit petugas, namun juga dipermudah karena banyak yang penasaran dengan perjalanan bersepeda yang dia lakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun