40 tahun berselang, Tuan Yuji tentu saja sudah meninggal. Toko kelontong miliknya pun kosong sebab anak dan cucunya memilih tinggal di tempat lain.
Suatu malam, 3 bandit kecil memutuskan untuk bersembunyi di toko itu setelah mobil yang mereka curi mogok. Mereka adalah Shota, Kohei dan Atsuya yang sudah saling mengenal sejak lama.
Mereka terpaksa bersembunyi sebab akan terlalu mencurigakan jika mereka berjalan di malam hari. Niat awal, mereka hanya akan menunggu hingga subuh tiba. Namun, tiba-tiba, kotak surat "berbunyi", mereka mendapatkan sebuah surat dari seorang perempuan yang gamang diantara 2 pilihan: berlatih untuk tanding di olimpiadi atau menemani kekasihnya yang sekarat.
Surat itu awalnya dibiarkan oleh ketiga bandit kecil itu. Namun, karena iseng menunggu pagi, salah satu dari mereka memutuskan untuk membalas.
Rupanya, hanya berselang beberapa menit, surat balasan langsung muncul.
Jelas ini memunculkan keanehan, sebab mereka yakin tidak ada orang di sekitar toko kelontong. Jadi, bagaimana orang itu dengan cepat mengambil surat balasan dan membalasnya? tak hanya sekali, namun juga berkali-kali!
Kebingungan juga tak hanya dirasakan oleh ketiga bandit, namun juga si pengirim surat sebab ada banyak istilah yang dia tak pahami. Seperti apa itu ponsel dan bagaimana cara kerja internet.
Belakangan ketiga bandit ini sadar bahwa mereka berkomunikasi dengan orang yang berada 40 tahun yang lalu, wow!
Lantas, apa yang sebetulnya terjadi di Toko Kelontong Namiya ini?
* * *
Wow, sebuah kisah yang bagus dan menarik. Aku termasuk jarang baca buku terjemahan dari Jepang (selain Totto Chan, hmm apa lagi ya? haha). Dan, dari sejak membaca halaman-halaman awal, aku sudah merasa akan cocok dengan buku karangan Keigo Higashino ini.