[Spoiler rate: 20%]
Demi mendukung impian sang istri, Hasan (Ibnu Jamil) dengan berat hati mengizinkan Mia (Marissa Anita) berangkat ke New York padahal saat itu Ali -putra mereka masih kecil.
"Jika dalam waktu 6 bulan tidak ada kemajuan, saya minta kamu pulang, ya!" ujar Hasan saat itu.
Sayangnya, begitu tenggat waktu berakhir dan Mia tetap memutuskan untuk tinggal di Amerika Serikat walaupun harapannya masih jauh untuk ditaklukkan. Di sebuah sambungan telepon, Hasan yang marah dan kecewa bahkan berkata, "ya sudah, kamu tidak usah pulang."
Waktu berselang, Ali sudah beranjak remaja (diperankan oleh Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan ) dan telah lulus sekolah menengah atas. Ayahnya pun sudah meninggal tiga bulan sebelumnya karena serangan jantung.
Ali berencana untuk mencari ibunya di New York. Keputusan itu awalnya ditentang oleh sang bude (Cut Mini Theo). Wajar saja, New York sangat jauh dan sang bude khawatir Ali akan mendapat kesulitan. Belum lagi, dia masih kecewa dengan Mia yang sudah meninggalkan keponakkannya itu.
Beruntung, salah satu penghuni apartemen yang ia panggil dengan sebutan tante Party (Nirina Zubir) rupanya pernah jadi housemate ibunya.
Ali kemudian ditampung di sana. Tinggal bersama Party dan ketiga housemates lainnya yang unik. Mereka adalah tante Chinta (Happy Salma) yang berprofesi sebagai terapis, Biyah (Asri Welas) yang sehari-hari menjadi paparazi (walau nggak jelas juga kerjaannya apa dan dia "menguntit" seleb untuk apa) dan yang terakhir ada tante Ajeng (Tika Panggabean) yang berperawakan metal dan sepertinya demen main saham.
Sebagai pemanis dan ada nuansa romantis, ada pula Eva (Aurora Ribero) gadis cantik, anak dari tante Ajeng yang rupanya menarik perhatian Ali sejak pertama mereka jumpa.
Nah, di tengah keseruan kehidupan ratu-ratu Queens ini, bagaimana perjalanan Ali untuk bertemu dengan ibunya?
* * *
Saat mendengar proyek pembuatan film ini, saya langsung tertarik nonton sebab ada Asri Welas di sana. Sungguh, kalau ada klub fans khususnya saya mau gabung! haha. Walau gak semua film mbak Asri saya nonton, namun aksi beliau di beberapa sajian tontonan begitu membekas.
Dengan mengenyampingkan betapa mudahnya Ali berangkat ke New York (dari mulai biayanya, visanya hingga proses melewati imigrasinya hehe), saya sangat menikmati film ini secara keseluruhan.
Kesan hangatnya terasa. Apalagi saat ratu-ratu Queens ini berusaha membantu Ali menemukan ibunya. Pun, saat akhirnya Ali dapat berjumpa secara langsung dan respon yang ia hadapi jauh dari harapannya, ratu-ratu Queens inilah yang paling depan menghiburnya.
New York ditampikan begitu memikat di film ini. Ha, saya jadi semakin kepingin bisa ke sana. Untuk akting para pemainnya, walau tentu saja nggak sempurna banget, tapi saya suka. Termasuk akting Iqbal yang kadang-kadang terasa agak kurang pas inonasi atau dialognya.
Bagaimana penampilan mbak Asri Welas, oh tentu saja dia tampil memukau. Tapi, dalam film ini, harus saya akui Happy Salma lebih banyak menarik perhatian saya akan kemampuan aktingnya yang jempolan. I love her!
Ali & Ratu-ratu Queens tayang di Netflix sejak 17 Juni lalu. Nah, bagi yang suka drama yang menghangatkan, boleh banget menyaksikan film yang disutradarai oleh Lucky Guswandi (Madame X, Galih dan Ratna) dan naskahnya ditulis oleh Gina S.Noer (Dua Garis Biru, Keluarga Cemara) ini di Netflix, ya.
Skor 8/10