Mohon tunggu...
Haryadi Yansyah
Haryadi Yansyah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

ex-banker yang kini beralih profesi menjadi pedagang. Tukang protes pelayanan publik terutama di Palembang. Pecinta film dan buku. Blogger, tukang foto dan tukang jalan amatir yang memiliki banyak mimpi. | IG : @OmnduutX

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Zaman Sedang Susah, Eh Para Guru Kasih Tugas Berbiaya Pula!

10 Juni 2021   10:19 Diperbarui: 10 Juni 2021   10:29 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source image https://www.process.st/

"Loh bukannya harus baca dulu bukunya?"

"Gak perlu. Cari aja di internet. Yang penting harus diketik dan dicetak rapi."

Lha, tujuannya jadi melenceng, yekan? Apakah guru nggak tahu kalau resensi itu modal googling? Pasti tahu. Tapi apakah peduli? Belum tentu. Menurut saya, mending si murid disuruh baca apa saja. Misalnya cerpen anak satu-dua halaman, lalu dibuat resensi sederhananya dengan ditulis tangan. Lebih berfaedah dan jelas nggak akan keluar biaya.

Ini juga, tugas PKN suruh foto kegiatan sehari-hari berbiaya setara 1 kg beras. (Dokpri)
Ini juga, tugas PKN suruh foto kegiatan sehari-hari berbiaya setara 1 kg beras. (Dokpri)
Di kesempatan lain, ada lagi tugas PKN di mana siswa harus mengirimkan foto saat berkegiatan di rumah dan masyarakat. Misalnya di rumah, biasa bantu ibu cuci piring, menyapu dan mengepel atau mengurus tanaman. Di sekolah, piket kelas, membersihkan selokan. Bahkan anak SD pun sudah ada tugas "gaul" di masyarakat kayak kerja bakti, membantu panitia qurban dsb.

Semua harus difoto, dicetak berwarna perlembar. Satu siswa saja bisa 10 lembar. Dikalikan seribu, sudah 10 ribu. Ini setara 1 kg beras kualitas sedang wahai bapak-ibu guru.

Kenapa saya akhirnya bisa bercerita seperti ini? Karena ini semacam akumulasi dari rasa gemas. Di komputer, saya mengumpulkan satu folder khusus tugas-tugas semacam ini. Sebagian hasil pencarian di internet. Harus dicetak pula. Wah, ini saya belum ngebahas dan menyinggung isu lingkungan ya. Kertas terbuang untuk tugas semacam ini udah berapa banyak coba?

BINGKAI FOTO DAN BERKACA PADA MASA LALU

Saya jadi mengingat-ingat, apakah dulu guru saya juga membebankan tugas semacam ini ya? Waktu TK, ada satu momen saat saya dikasih tugas membuat topi tapi dari daun. Mungkin ini maksudnya untuk bonding hubungan anak dan orang tua ya. Dulu sih yang saya ingat, pagi-pagi orang tua udah ke halaman rumah, memetik banyak daun pohon nangka dan dirajut jadi satu pakai stepler hehe. Saya? Ngeliatin doang. Tapi ya, hal ini cukup berkesan.

Saat SMP, beberapa kali guru juga kasih prakarya yang membuat kami harus membayar peralatannya. Misalnya, membeli stik es krim untuk dibuat vas bunga, atau piring kayu yang lucu. Atau juga, membeli peralatan rajut dan balok-balok kayu tipis untuk dibuat bingkai foto.

Tugas prakarya zaman saya dulu sekolah. Ini aja walau murah tetap saja ada siswa yang gak berkemampuan loh. Itulah perlunya saling tolong menolong. Source merdeka.com
Tugas prakarya zaman saya dulu sekolah. Ini aja walau murah tetap saja ada siswa yang gak berkemampuan loh. Itulah perlunya saling tolong menolong. Source merdeka.com
Saat SMA, saya pernah sibuk mencari tripleks bekas, mengumpulkan aneka biji-bijian untuk kemudian saya rangkai jadi sebuah lukisan (well, ini sih inisiatif saya sendiri ya, temen lain ada yang Cuma modal krayon dan kertas selembar, tadaaa jadilah karya yang apik).

Oke, berarti dari dulu sampai sekarang sama saja. TAPI... inget, itu kata "tapi"-nya saya capslock. Tugas itu ya memang sudah sepantasnya diberikan karena mata pelajarannya Kesenian dan Keterampilan. Dan, rasanya, modal untuk membeli stik es krim, lem kayu, atau kertas karton, masih dalam kategori wajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun