Mohon tunggu...
Bagus Suci
Bagus Suci Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat Pengetahuan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka belajar dan berbagi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menuju Kemandirian, Pertamina dan Kimia Farma Jalin Kerja Sama untuk Kembangkan Industri Farmasi

25 Juli 2020   18:15 Diperbarui: 25 Juli 2020   18:08 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kilang RU IV Lomanis, Cilacap (Credit: ANTARA FOTO/Idhad Zakaria)

Besarnya ketergantungan industri farmasi Indonesia akan impor bahan baku obat dan alat kesehatan menjadi sorotan beberapa waktu lalu. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 seperti ini, kondisi tersebut terang saja berpotensi menjerat kita.

Lihat saja, pada pertengahan Maret lalu, Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku GP Farmasi Vincent Harijanto menyiratkan tipisnya stok obat di tengah pandemi.

Katanya, stok obat-obatan fast moving forward alias yang kebutuhannya besar -- seperti paracetamol, antiseptik, dan ambroxol -- hanya sampai Maret-April. Ini tentu sangat mengkhawatirkan.

Belum lagi, menurut data pemerintah, 95% bahan baku obat dan alat kesehatan berasal dari impor. Ini artinya, hanya 5% yang tersedia di dalam negeri.

Masalah bahan baku obat dan alat kesehatan impor sebetulnya bukan hal baru. Presiden Joko Widodo sempat menyoroti masalah ini dalam rapat terbatas membahas program kesehatan nasional, November tahun lalu.

Kondisi ini, tentu saja, tidak boleh dibiarkan berlama-lama. Presiden secara khusus meminta skema insentif untuk riset dan penyederhanaan regulasi.Ia juga meminta kepada perusahaan BUMN untuk segera mengembangkan industri farmasi secara mandiri.

Dalam konteks itu, PT Pertamina mulai menjalin kerjasama dengan PT Kimia Farma Tbk guna mengoptimalkan potensi nilai tambah dari pengolahan produk turunan Petrokimia menjadi bahan baku farmasi, seperti Paracetamol.

Kedua perusahaan BUMN tersebut sepakat bersinergi untuk meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional.

Kemudian, juga membantu menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia di sektor farmasi, mengingat 95% dari total kebutuhan bahan baku farmasi Indonesia masih dipasok melalui impor.

Adapun kerjasama strategis itu ditandai dengan adanya penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Ignatius Tallulembang dan Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk, Verdi Budidarmo pada Jumat (24/7/2020).

Kesepakatan untuk menggali potensi kerjasama pengembangan industri penyedia bahan baku farmasi itu juga disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dan Direktur Utam PT Biofarma (Persero), Honesti Basyir.

Hal ini sangat tepat momentumnya karena Pertamina sendiri telah menetapkan bahwa produk Petrokimia akan menjadi business line yang menjadi andalan di masa depan ketika terjadi transisi energi.

"Untuk itu, Pertamina mencoba identifikasi peluang untuk masuk pada bahan baku farmasi dan logistik. Dan gayung bersambut dengan Kimia Farma dan kita sudah melakukan penjajakan. Kami berterima kasih atas support Pemerintah," kata Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.

Untuk merealisasikannya, Kilang Cilacap sudah dipersiapkan, dan salah satunya untuk pengolahan Petrokimia menjadi bahan baku farmasi. Setelah itu, nantinya akan dilanjutkan di kilang lainnya dengan skala dan jenis yang lebih banyak lagi.

Sebagai perusahaan holding, Pertamina akan mengawal proses ini agar dapat terwujud sesuai harapan Pemerintah.

Kita berharap banyak dengan adanya kerjasama antara Pertamina dan PT Kimia Farma ini. Semoga langkah sinergi antara kedua BUMN tersebut akan membawa kemandirian industri farmasi dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun