Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ketika Tulisan Sepi Pembaca (2)

5 Desember 2022   10:40 Diperbarui: 5 Desember 2022   11:06 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: dakwatuna.com

Apa yang dilakukan ketika tulisan yang sudah dipublikasikan ternyata sepi pembaca? Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah evaluasi. Apa yang kurang dari tulisan kita. Atau mungkin bagaimana cara memasarkan tulisan kita.

Pada tulisan sebelumnya evaluasi dilihat dari bahasa penulisan khususnya untuk tulisan yang bersifat ilmiah popular. Setidaknya ada 6 ciri bahasa penulisan yang perlu diperhatikan. Namun dari 6 ciri itu, ada dua hal yang perlu penjelasan lebih lanjut yaitu menghindari bahasa yang berbunga-bunga dan menghindari kata yang sudah mati.

Tulisan ini merupakan kelanjutan tulisan sebelumnya sekaligus untuk menjawab pertanyaan Sdri Suartini Iklima di kolom komentar. Penggunaan bahasa yang berbunga-bunga dan kata-kata yang sudah mati sebenarnya tidak salah khususnya pada tulisan genre sastra. Namun pada tulisan ilmiah popular sebaiknya dihindari.

Pertama, bahasa yang berbunga-bunga atau melebih-lebihkan. Bahasa ini bisa kita gunakan ketika kita menulis tentang sepakbola. Penulis bebas memilih kata sesukanya bahkan bisa membuat kosakata baru sendiri. Untuk menyebut gol saja bisa macam-macam. Ada mencetak gol, menorehkan gol, menyarangkan bola ke gawang lawan, merobek gawang lawan, dan masih banyak istilah lain. Bahkan ada istilah "gol tangan Tuhan."

Kedua, menghindari kata-kata mati. Kata-kata mati maksudnya kata yang sudah tidak dipergunakan lagi. Sebenarnya kata-kata tersebut terdapat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tetapi jarang sekali digunakan sehingga banyak orang yang tidak mengetahui maknanya. Contoh: adarusa yang artinya orang yang meminjam sesuatu tapi tidak ada kemauan untuk mengembalikan.

Selain dari sisi penulisan, evaluasi mengapa tulisan kita sepi pembaca juga perlu dilihat dari sisi cara pemasaran. Pemasaran di sini maksudnya bagaimana cara penulis mengajak orang sebanyak-banyaknya untuk membaca tulisannya. Dengan kata lain bagaimana kemampuan menjual tulisan kita agar dapat menarik pembaca sebanyak-banyaknya.

Nah, jika menyangkut pemasaran maka modal utama penulis adalah percaya diri. Masing-masing penulis tentu mempunyai tingkat kepercayaan diri yang berbeda-beda. Seberapa besar rasa percaya diri itu akan menentukan keberanian dalam menawarkan karya tulisannya.

Ada penulis yang dari sisi penulisan biasa-biasa saja tetapi mempunyai kepercayaan diri yang tinggi. Dia berani menjual tulisannya melalui berbagai platform media sosial. Dengan demikian pembaca tulisannya cukup banyak. Sebaliknya ada penulis yang dari sisi penulisan bagus tetapi tidak memiliki kepercayaan diri untuk membagikan tulisannya maka jumlah pembacanya juga sedikit.

Idealnya sebuah tulisan yang berkualitas dan didukung dengan keberanian diri untuk menjualnya maka tulisan itu akan laris manis. Semoga!  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun