Mohon tunggu...
Rokhman
Rokhman Mohon Tunggu... Guru - Menulis, menulis, dan menulis

Guru SD di Negeri Atas Awan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Nostalgia Ramadan: Antara Meriam Bambu dan Kelelawar Terbang

12 Mei 2020   07:03 Diperbarui: 12 Mei 2020   07:01 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Meriam bambu, demikian orang menyebutkan. Namun ada pula yang membuatnya dengan batang pohon jambe. Anak-anak yang lahir di era milinial mungkin tidak mengenal permainan ini. Tetapi bagi generasi 90-an pasti akrab dengan permainan tradisional meriam bambu.

Permainan tradisional ala ramadan ini sering bikin pusing orang tua, khususnya kaum emak-emak. Bagaimana tidak? Sebab, stok minyak tanah, garam dapur tiba-tiba menipis, padahal tidak ada tuyul di rumah. Ee ...   ternyata yang mengambil tuyul kepala hitam, yaitu anak laki-lakinya yang keranjingan mainan meriam bambu.

Ini nostalgia masa kecil saya di Kebumen. Permainan ini sangat populer dimainkan oleh anak laki-laki di bulan ramadan. Biasanya menjelang hari raya atau malam takbiran. Hampir tiap rumah berlomba-lomba membuat terutama yang mempunyai anak laki-laki kecil.

Cara pembuatan meriam bambu sangat mudah. Bambu yang akan digunakan dipilih dengan pertimbangan usia, diameter, dan panjang bambu, karena akan menentukan dentuman suara yang dihasilkan. Selanjutnya tali karet untuk mengikat bambu agar tidak mudah pecah ketika diledakkan. Bambu yang sudah dipotong dengan ukuran tertentu diberi lubang sebagai tempat untuk menyulut. Terakhir ruas-ruas bambu dilubangi hingga tertinggal satu ruas dekat lubang penyulut.

Meriam bambu siap dibunyikan. Siapkan penyulut dengan ranting yang diberi sedikit kain. Basahi dengan minyak tanah. Siapkan bahan bakar untuk membunyikan meriam bambu. Bahan bakar bisa minyak tanah atau karbit. Jika dengan karbit tambahkan air dan sedikit garam.

Cara membunyikannya, tuangkan minyak tanah atau karbit dan air ke lubang meriam. Kemudian nyalakan penyulut yang sudah dibasahi minyak dengan api. Sebaiknya berhati-hati ketika meletuskan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Tetapi yang jelas permainan ini tidak disarankan karena membahayakan.

bengkuluinteraktif.com
bengkuluinteraktif.com
Di samping meriam bambu, pengalaman tak terlupakan waktu kecil adalah saat menunggu waktu berbuka puasa. Ada tanda-tanda alam yang dipercaya sebagai waktu untuk berbuka. Salah satunya ketika sudah melihat ada kelelawar terbang.

Kelelawar termasuk jenis binatang malam. Namanya saat ini cukup populer karena dianggap sebagai sumber penyebaran virus korona. Konon binatang ini merupakan sumber virus yang kini menjadi pandemi.

Dikutip dari Deutsche Welle, binatang ini justru mempunyai peran penting dalam ekosistem. Mangsa utama kelelawar adalah serangga. Sebagai makhluk malam, ia bisa menemukan serangga walaupun dalam kegelapan. Kelelawar dapat memangsa nyamuk hingga 1.200 per jam. Dengan cara ini berarti kelelawar ikut menjaga keseimbangan ekosistem.

Sedang kalong dan beberapa jenis kelelawar lain makan buah dan sari bunga. Secara tidak langsung mereka membantu penyebaran benih karena biji buah yang dimakan akan jatuh di mana-mana. Di samping itu, kotoran kelelawar bisa dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman yang sangat baik.

Terlepas dari itu semua, jika kelelawar dipakai sebagai tanda waktu masuk berbuka sebenarnya tidak terlalu salah. Mengapa? Karena kelelawar binatang malam yang akan keluar dari persembunyiannya ketika matahari mulai tenggelam. Itu artinya saat berbuka puasa. Wallahu'alam.       

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun