Mohon tunggu...
Oman Salman
Oman Salman Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Surel: salmannewbaru@gmail.com

Sedang belajar memahami anak dan ibunya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mak Edon, Perawat Kerajinan Tenun Khas Brebes Perbatasan

30 November 2019   14:12 Diperbarui: 1 Desember 2019   20:37 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mak Edon (60), Warga desa Blandongan, Banjar Harjo, Brebes, Jateng sedang menenun ditemani oleh cucunya | dokpri

Jika kita menyebut Brebes segera akan terlintas dalam benak kita bawang dan telur asin. Ya, Brebes adalah kota bawang dan telur asin.

Dua komoditas ini sudah bukan sekadar komoditas ekonomi belaka, melainkan sudah menjadi identitas dan land mark kota yang berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Barat ini.

Salah satu bentuk pengidentitasannya adalah dalam corak batik Brebesan yang bermotif bawang dan telur asin.

Namun, selain dua komoditas tersebut, Brebes pun memiliki satu lagi kekayaan yang mungkin belum banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Kekayaan tersebut adalah kerajinan tenun khas Brebes. Kerajinan yang muali langka dan terancam punah. Salah satu yang masih setia menenun adalah Mak Edon.

Mak Edon adalah seorang ibu berusia 60 tahun yang sudah menghabiskan hampir semua usianya untuk meninun. Beliau mulai belajar menenun sejak usia 10 tahun. Sampai saat ini di usianya yang sudah kepala enam Mak Edon masih melakukan kegiatan meninun sambil sesekali ditemani oleh Haiva, Cucunya yang berusia 5 tahun.

Di kampungnya, tepatnya di Kampung Bulak Lega, Desa Blandongan, Kecamatan Banjar Harjo, Kabupaten Brebes, Kini hanya tersisa 3 orang lagi termasuk dirinya, yang masih mahir meninun. Semuanya sudah lanjut usia. Belum ada dari keturunan atau orang lain yang tertarik untuk belajar meninun.

Desa Blandongan adalah satu dari beberapa desa di Kecamatan Banjar Harjo, Kabupaten Brebes yang berabatasan langsung dengan Kecamatan Cibingbin, Kuningan, Jawa Barat. Bahasa sehari-hari yang digunakan adalah bahasa Sunda. Sunda khas perbatasan.

Yang menarik dari hasil atau produk tenun ini adalah kain yang dihasilkan tersebut khusus untuk kain kafan. Di kampung tersebut dan beberapa kampung sekitar, masih memegang tradisi untuk membungkus mayat hanya dengan kain kafan hasil tenunan tersebut.

Mereka tidak membeli kain kafan yang bukan dari tenunan tersebut. Jikapun mereka membeli di pasar, maka kain kafan tersebut juga merupakan hasil tenunan tersebut.

Sehingga masyarakat di desa tersebut banyak yang sudah memesan kain kafan hasil tenunan Mak Edon dan dua pengrajin lainnya. Memesan untuk mempersiapkan diri jika saatnya ajal tiba. Yang memesan biasanya mereka yang sudah berusia lanjut. Meski ada juga yang masih muda sudah memesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun