Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbagai Cara Penanggulangan Masalah Panas Di Ruang Kerja Pabrik

29 Februari 2016   09:27 Diperbarui: 29 Februari 2016   10:14 2035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana.com/Om-G, 26 Februari 2016

[caption caption="exhaust fan"][/caption]

Pada tulisan Om-G terdahulu, yang tayang pada 28 Mei 2015, berjudul “Panas di Tempat Kerja? Gak Masalah, Karyawan Saya Orang Lokal kok...” [http://www.kompasiana.com/om-g/panas-di-tempat-kerja-gak-masalah-karyawan-saya-orang-lokal-kok_556c456d4c7a6146048b4567], kita membi­carakan bahwa tempera­tur yang cukup tinggi di ruang kerja pabrik (misalnya di Jabode­tabek, rasanya tidak sukar untuk menemukan pabrik di mana temperatur ruang kerjanya antara 38-42 derajat Celcius pada siang hari) dapat memberi dampak penurunan kecepatan kerja atau jumlah output yang lebih kecil dari yang “seharusnya” dan penurunan kualitas kerja (yang bisa ditandai antara lain dengan lebih banyaknya produk cacat yang dihasilkan).   

Karena itu logislah kalau kita ingin mencari cara yang efektif-efisien untuk menanggulangi masalah panas tadi agar dampaknya pun terkurangi.

Di sisi lain, banyak pimpinan perusahaan yang “menolak untuk membicarakan hal ini” karena mereka berpikir bahwa penanggulangan masalah panas di tempat kerja adalah harus dengan mempergunakan pendingin ruangan (air conditioning, AC) dan biaya yang diperlukan untuk pengadaan dan operasionalisasi AC pasti besar sekali (ya iya-lah, kalau luas pabriknya 5.000 meter persegi misalnya ─belum lagi biasanya ruangan pabrik tinggi-tinggi sehingga volume nya besar sekali, berapa coba, jumlah AC yang diperlukan), plus biaya listriknya pun akan besar pula. Apa lagi, di ruangan para Boss mah pasti nyaman lah, secara pasti  pake AC gitu... Lha Om-G, di kantor mah kita ‘kan pake AC nya juga cuma beberapa buah saja, lain halnya kalau mau memasang AC di ruangan pabrik...

Salah nggak, cara pikir para Boss tadi? Ya nggak lah... Dari sudut pandang produktivitas pun kemungkinannya tidak salah, karena bila kenaikan input yang diperlukan (untuk pengadaan dan operasionalisasi AC tadi) lebih besar daripada kenaikan output (yaitu kenaikan jumlah produk yang bisa dijual), maka penggunaan AC dalam kasus ini malah akan menurunkan produktivitas.

Lalu bagaimana atuh, kita biarkan saja para operator berpanas-panas di pabrik, dengan segala risikonya yang kita bahas tadi? Ya nggak lah... karena sebetulnya ada berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk menanggulangi masalah ini. Hasil atau output nya mungkin tidak sebagus kalau kita memakai AC di pabrik, tapi yang penting meningkatkan produktivitas[1] dan membuat senang para operator pabrik itu, ‘kan?

Sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam permasalahan temperatur di ruang kerja ini ada tiga aspek yang berpengaruh terhadap “thermal comfort zone” ini, yaitu: temperatur, kelembaban, dan kecepatan perpindahan angin. Nah dengan mengubah salah satu, salah dua atau salah tiga dari aspek-aspek tersebut maka kita pun akan mendapatkan zona kenyamanan thermal yang berbeda pula.[2]

Bagaimana caranya? Ada beberapa macam cara, misalnya:

  • Dengan membuat lubang angin di bagian bawah dan di bagian atas ruangan. Udara yang dingin akan berada di bawah, lalu udara yang panasnya akan naik dan ke luar melalui lubang angin yang ada di atas sehingga terjadi semacam sirkulasi udara dan udara di dalam ruangan akan menjadi sedikit lebih adem deh...
  • Dengan memeriksa dan membebaskan hambatan-hambatan sirkulasi udara (misalnya kadang terjadi bahwa jalur sirkulasi udara terhambat karena misalnya kita meletakkan karton bekas printer di atas lemari (padahal di atas lemari itulah jalur sirkulasi udara berada), atau karena jalur sirkulasi udara tadi tertutup debu karena sudah bertahun-tahun tidak dibersihkan...).
  • Dengan memasang sejenis exhaust fan tanpa motor (roof fan atau turbine exhaust) di atas atap pabrik, yang bentuknya seperti pada gambar di bawah ini:

[caption caption="exhaust fan tanpa motor"]

[/caption]
  • Dengan memasang exhaust fan “biasa” untuk menghisap udara dan di sisi yang ber­lawanan memasang fan yang lain (bisa berbentuk exhaust fan ataupun fan yang biasa) untuk mendorong udara. Bentuknya adalah seperti pada gambar di bawah ini:

[caption caption="exhaust fan"]

[/caption]
  • Dengan memasang peredam panas di (seluruh) atap pabrik.
  • Dengan memasang kain secara bersilangan di bawah atap (semacam yang suka dipasang di cafe-cafe itu lho...). Konon ini juga lumayan efektif untuk mengurangi panas... 
  • Dan last but not least, Om-G pernah melihat “cat pengurang panas ruangan” (misalnya, ada sebuah pabrik di Surabaya yang membuat “cat anti panas” ini; mungkin bisa di-googling untuk mencari keterangan tentang cat ini dan produsennya), untuk di-cat-kan di atap pabrik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun