Mohon tunggu...
Herman R. Soetisna
Herman R. Soetisna Mohon Tunggu... -

Pelopor ergonomi industri terapan di Indonesia untuk peningkatan level K3, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas, dan peningkatan "quality of working life" ini -katanya- pernah bersekolah di Teknik Industri ITB, Université des Sciences Humaines de Strasbourg, dan Université Louis Pasteur, Strasbourg-France. Sekarang Om-G [G=Ganteng, hehehe jangan protes ya...], bekerja sebagai dosen di ITB dan Peneliti Senior di Laboratorium Rekayasa Sistem Kerja dan Ergonomi di ITB. Untuk yang ingin mengontak Om-G, silakan kirim e-mail via hermanrs@ti.itb.ac.id Wass, HrswG.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Standar Ganda Para Pengemudi Ojek dan Taksi Online di Bandung

20 Oktober 2017   16:38 Diperbarui: 20 Oktober 2017   18:34 1495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: nasional.news.viva.co.id

Konon hal tersebut sesuai dengan kesepakatan Dinas Perhubungan Jawa Barat dengan "Wadah Aliansi Aspirasi Transportasi" (WAAT) Jawa Barat [Ngemeng-ngemeng, ada yang kenal nggak sih dengan WAAT ini dan siapa-siapa saja yang menjadi anggotanya? Jangan-jangan di WAAT tidak ada satupun "perwakilan" dari pelaku angkutan transportasi on-line... Atau jangan-jangan (yang agaknya demikian), tidak ada satupun perwakilan dari pelaku angkutan transportasi on-line yang hadir dalam diskusi dengan Dishub Jabar tadi. Lha seandainya benar demikian, dalam kesepakatan tadi bagusnya (atau mestinya) harus melibatkan pula para perwakilan dari pelaku angkutan transportasi on-line dong ya..? Ye kalau ndak gitu mah aneh dong, 'kan kesepakatan di antara dua kubu yang bertikai mah harus melibatkan keduabelah pihak atuh... masa' cuma satu pihak saja yang diakomodir kepentingannya...).

Sumber: www.prfmnews.com
Sumber: www.prfmnews.com
Keterangan dari WAAT Jawa Barat bahwa rencana demo 10-13 Oktober 2017 ditangguhkan sampai terealisasinya hasil kesepakatan; tapi nyatanya tidak semua sopir angkot patuh pada instruksi WAAT ini.

Dan ternyata larangan angkutan on-line beroperasi di Jawa Barat ini pun memancing reaksi dari warganet. Sebuah petisi digalang oleh warganet, agar pelarangan tadi dicabut, "karena keputusan Pemerintah itu bakal merugikan masyarakat...". [Sumber: Tempo.co].

"...Kebijakan itu justru merugikan masyarakat yang sebagian haknya dirampas, hak kebebasan untuk memilih transportasi umum direnggut paksa. Masyarakat dipaksa untuk memilih angkutan umum yang penuh ketidakpastian", kata warganet dengan ID Surili Percusion dalam pengantar petisi, Selasa 10 Oktober 2017. [Sumber: Tempo.co].

Selain itu, juga ada ajakan dari "Bandung Transport Volunteer" kepada masyarakat untuk membantu masyarakat yang memerlukan transportasi, dengan membawa masyarakat yang memerlukan untuk naik kendaraan para relawan.

Sumber: www.imgins.org/tags/ayojalankaki
Sumber: www.imgins.org/tags/ayojalankaki
Ajakan gotong royong untuk masyarakat yang membutuhkan transportasi pada saat adanya demo angkot di Bandung.

Ada juga yang bersifat lebih "lunak", yaitu ajakan agar masyarakat menyiapkan diri untuk "hari-hari tanpa angkot", yaitu dengan naik bis kota, bersepeda, dengan "nebeng" orang lain yang punya kendaraan, atau pun dengan berjalan kaki.

Sumber: https://menyusurijalan.com/
Sumber: https://menyusurijalan.com/
Ajakan agar masyarakat menyiapkan diri untuk "hari-hari tanpa angkot"

Nah tuh, masyarakat juga bereaksi, 'kan..?

Weleh weleh... kalau dibilang bahwa adanya alat transportasi berbasis aplikasi merugikan (dalam arti menurunkan pendapatan) para pelaku alat transportasi konvensional, memang iya sih.  Ini juga yang menjadi alasan mereka berdemo, bahwa "akan ada 10 ribu lebih sopir taksi dan angkot yang akan kelaparan...".

Sumber: regional.liputan6.com
Sumber: regional.liputan6.com
Alasan para pendemo bahwa mereka akan kelaparan jika transportasi on-line dibiarkan hidup...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun