Mohon tunggu...
OLV Love
OLV Love Mohon Tunggu... -

Sedang bersemayam di http://ekonomgila.blogspot.com/, teutep KOMENsiana sejati!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Imlek Itu Lebaran Cina

2 Februari 2011   07:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:58 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Imlek itu Lebaran Cina," begitulah yang sering aku dengar di lingkungan tempat tinggal dulu. Terakhir kali saya mengikuti perayaan Imlek di tahun 2005, di Kota Padang, bersama-sama dengan keluarga. Hingga kini, setiap Imlek saya hanya mengucapkan selamat lewat sms/telp/FB, dan merayakan sendiri di kota tempat saya berada (Jogja/Jakarta). Biasanya sih di hari Imlek saya ke mall dengan teman, karena nggak ada saudara yang bakalan dikunjungi. Menyambut Imlek tahun Kelinci Logam ini, saya ikut berkontribusi menuliskan pengalaman Imlek saya di Padang, yang dirayakan bersama dengan seluruh etnis yang ada di Padang dengan meriah.

***

Rumah kami ada di kompleks perumahan yang tergolong RSS (Rumah Sangat Sederhana), yang untuk memperolehnya dicicil dengan bantuan KPR BTN. Memang banyak suku Tionghoa dan Minangkabau yang berbaur dengan baik di perumahan kami. Saat Lebaran kami berkunjung, begitu pula saat Imlek ada kunjungan balasan. Anak-anak sangat senang kalau menerima angpao yang beramplop merah.

Meskipun Imlek pada dasarnya berbeda dengan Lebaran (lebaran adalah hari raya keagamaan kan, seharusnya dipandakan dengan Natal), tapi dengan "tagline" berupa "Imlek itu Lebaran Cina", membuat anak-anak ataupun orang dewasa yang baru saja berbaur dengan Tionghoa menjadi mengerti bahwa Imlek adalah perayaan yang meriah setahun sekali layaknya lebaran.

***

Sehari sebelum Imlek, biasanya diadakan sembahyang, semacam penempatan masakan, buah-buahan, dan kue-kue di atas meja khusus. Ada sembahyang yang dilakukan tepat pada pukul 12 malam, ada yang pada siang hari. Makanan yang dihidangkan ditujukan untuk penjaga alam semesta dan leluhur. Memang media yang digunakan untuk sembahyang adalah hio (dupa), tetapi kami menjalani sebagai tradisi (karena mayoritas keluarga beragama Katolik).

Makanan yang telah disembahyangkan dimakan bersama dengan keluarga, ada juga makanan khusus (biasanya bihun) yang telah disiapkan (tidak disajikan di atas meja sembahyang). Makanan yang disembahyangkan tidak dibagikan kepada tetangga, tetapi yang dibagikan adalah yang dimasak khusus dan halal.

***

Jalan-jalan di kota Padang, dalam rangka menyambut perayaan Imlek juga ramai dengan atraksi barongsai, naga, singa, sepasan, wushu, dan tak ketinggalan ada aksi Tabuik. Parade yang panjang itu menyita perhatian banyak orang. Dimulai dari Kelenteng Padang, Jalan Nipah, Tapi Lauik (Tepi Laut), Taman Melati, Jalan Pondok, dan kembali lagi ke Kelenteng Padang. Sangat meriah.

Jalan-jalan dipadati orang-orang Tionghoa maupun Minang. Ada yang duduk di motor, berdiri di jalan, duduk di atas kap mobil, untuk mendapatkan pandangan yang memadai ke arak-arakan tersebut. Arak-arak tersebut dari sore hingga senja, dan menjadi momen yang sangat menghibur.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun