Mohon tunggu...
Olivia Armasi
Olivia Armasi Mohon Tunggu... Mengurus Rumah Tangga -

Peduli politik itu peduli terhadap sesama..... Nulis itu sulit, merangkai kata itu susah.... Mantan pelajar yang sedang belajar membaca, belajar komentar & belajar menulis..

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Kasus Jessica, Jaksa Galau gara-gara Jaja?

9 September 2016   11:37 Diperbarui: 9 September 2016   19:13 6285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://oliviaarmasi.blogspot.co.id/

Tanpa mengurangi rasa empati dan bela sungkawa kepada keluarga Mirna. Kesaksian saksi ahli yang meringankan Jessica, mendorong saya sebagai bagian dari masyarakat awam yang bukan ahli hukum dan bukan ahli racun ingin berbagi pendapat. Masyarakat punya akal, nalar dan logika. Opini dan logika masyarakat bisa menjadi kontrol publik terhadap kinerja aparat.

Aparat hukum tugas dan tanggungjawabnya adalah menegakkan Keadilan. Dan keadilan hukum bukan menang kalah tapi benar atau salah. Adanya asas praduga tak bersalah, Jessica sebagai terdakwa berhak mendapatkan perlakuan yang seadil-adilnya.

---

Berempati menjadi polisi, jaksa atau hakim dalam menangani kasus tewasnya Mirna yang minim bukti. Sementara, kasus tersebut disorot media dan menjadi perhatian publik. Desakan dan ekspektasi publik yang tinggi terkuaknya misteri tewasnya Mirna Salihin, tak pelak membuat aparat pusing tujuh keliling.

Dengan kondisi minimnya bukti, padahal disisi lain prestasi aparat penegak hukum diukur dari menang atau kalah dalam sebuah persidangan. Jika kasus berlarut-larut apalagi jaksa tidak bisa membuktikan dakwaannya di pengadilan, mereka bakal dinilai tidak becus dan dinilai berkinerja buruk.

Situasi dan kondisi tersebut, mendorong tindakan aparat cenderung mengabaikan tanggungjawab utama sebagai penegak keadilan. Mereka berusaha sekuat tenaga hanya untuk menang. Sehingga fakta-fakta yang menguntungkan terdakwa, kesaksian ahli yang meringankan sekalipun obyektif, cenderung dikesampingkan.

Pada kasus Mirna, Kombes Krisna Murti yang naik daun gara-gara Sarinah dan Kalijodo beruntung mendapat promosi dan dimutasi. Dia tidak lagi menjadi sorotan publik yang patut dipertanyakan profesionalismenya. Yang agak apes adalah jaksa yang harus berjuang keras mempertahankan argumentasi kebenaran versi mereka.

Keterangan saksi-saksi ahli yang bertolak belakang dengan dakwaan membuat kehebohan. Dan publik semakin tertarik akhir cerita kopi sianida. 

Dari keterangan mereka, tewasnya Mirna memang tidak wajar tapi "sebab mati" secara medis belum bisa dipastikan. Artinya, tewasnya Mirna belum tentu dibunuh. Dari tanda-tanda yang ada, bisa jadi kematian Mirna disebabkan faktor lain. Misal, disebabkan racun bukan sianida atau kelainan kesehatan Mirna. Sebenarnya sebab mati tersebut bisa diketahui secara pasti seandainya dilakukan otopsi.

Akibat keterangan yang kontradiktif diantara saksi ahli tersebut, dakwaan yang disusun polisi dan jaksa menjadi penuh tanda tanya. Padahal untuk meyakinkan publik dan hakim, cerita Mirna telah disusun sedemikian rupa. Dengan kesimpulan akhir, Mirna pasti mati dibunuh oleh Jessica menggunakan racun sianida, titik.

Minimnya bukti dan tidak adanya motif, polisi dan jaksa berupaya melengkapi dengan keterangan, asumsi dan opini saksi ahli untuk memperkuat dakwaannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun