Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Bersepeda Menyusuri Jejak Masa Tersembunyi di Kuala Lumpur

25 Maret 2018   10:03 Diperbarui: 25 Maret 2018   15:00 2503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bike with Elena, alternatif wisata sejarah Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)

Keluar dari kawasan India, kami kembali mengayuh sepeda menuju Chow Kit.  Kebetulan sekali, selama di Kuala Lumpur saya menginap di daerah yang  namanya diambil dari nama seorang pengusaha tambang Cina yang terkenal  pada abad 19; Loke Chow Kit.

Bersepeda di sini serupa mengayuh sepeda ke  Bendungan Hilir (Benhil) yang kiri kanannya banyak kedai makanan  Indonesia dari Restoran Padang Sederhana, Kedai Ayam Penyet, Bank Rakyat  Indonesia, gerai pulsa Telkomsel, dan lainnya.

Kami memarkir sepeda di  depan Pasar Chow Kit dan memasuki pasar basah yang besar dan terkenal di  Kuala Lumpur ini. Makin berasa mengubek-ubek pasar Benhil bertemu  dengan sebagian besar penjual yang masih keturunan Indonesia sehingga  yang terdengar suara-suara dengan dialek tak asing. Barang-barang  yang dijual pun banyak dijumpai di keseharian pasar basah di Indonesia. Untuk mengurangi haus, saya memesan satu cup Es Cendol Pulut yang  kedainya bersebelahan dengan kedai Sate Padang Takanajuo. De javu!

Suasana di Pasar Chow Kit, Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)
Suasana di Pasar Chow Kit, Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)
Sesekali ketika melewati lorong kecil kami harus menuntun sepeda (dok. koleksi pribadi)
Sesekali ketika melewati lorong kecil kami harus menuntun sepeda (dok. koleksi pribadi)
Puas berkeliling di dalam pasar, kami kembali mengayuh. Tungkai kaki  mulai terasa pegal, rasanya ingin berjalan kaki saja mendorong sepeda. Kayuhan saya mulai sedikit melambat, tapi bertemu jalan menurun sengaja  mengayuh lebih kencang agar tak tertinggal.

Bersyukurlah di tujuan akhir  kami hari itu bisa duduk sedikit lebih lama dan meluruskan kaki di  pekarangan rumah tradisional Melayu di kampung modern Melayu abad 19,  kampung Melayu tertua di Malaysia; Kampung Baru.

Yuk bersepeda di Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)
Yuk bersepeda di Kuala Lumpur (dok. koleksi pribadi)
Mengayuh 10 km tak terlalu jauh. Tapi mengayuh sejauh itu di bawah  paparan sinar matahari hampir 40 derajat celcius setelah 3 (tiga) tahun  lebih tak mengayuh pedal sepeda adalah sebuah perjuangan! Ingin mengenal  Kuala Lumpur lebih dekat? Bersepedalah ke kawasan-kawasan sederhana,  ke daerah yang tercatat dalam sejarah berjaya pada masanya, yang masih  terus bertahan meski telah dikangkangi gedung-gedung pencakar langit.  Agar tak tersasar hubungi saja kawan bersepeda saya, Elena. Dia dengan  senang hati akan mengawani kamu bersepeda di Kuala Lumpur, saleum  [oli3ve].

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun