Mohon tunggu...
Olive Bendon
Olive Bendon Mohon Tunggu... Administrasi - Travel Blogger

Travel blogger yang senang menceritakan perjalanannya (dan kawan berjalannya) yang berkaitan dengan sejarah, gastronomi, medical tourism, kesehatan mental lewat tulisan. Memiliki hobi fotografi, menonton teater, dan membaca buku. Ikuti juga jejaknya di OBENDON.COM

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mencari Jejak Pencetus Indonesia

5 Maret 2015   20:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:07 764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam keseharian dirimu akrab dengan nama INDONESIA, berbahasa INDONESIA bahkan tinggal di INDONESIA. Tapi, pernahkah terpikir dari mana asal kata INDONESIA dan menebak-nebak siapa pencetus nama tersebut?

Langit Penang masih gelap saat tirai kamar di lantai 20 Georgetown City Hotel sedikit tersibak meski tanda waktu telah menunjukkan pk 06.30. “Olive, why are you wake up so early? Where are you going?” Wani yang masih bergulung di tilam sebelah menggumam dari balik selimut tebalnya. “Morning Wani, I have to go to the grave. Sorry bikin kamu terbangun.” Sesorean kemarin saat rehat di kamar, Wani bertanya dengan mimik penasaran kenapa sebuah kuburan begitu menggoda?“Aaaah, your favorite destination. Sendiri saje?”
Shams mau menemani, nanti jumpa kawan juga di sana.”

[caption id="attachment_401026" align="aligncenter" width="486" caption="Jejak sunyi di Protestant Cemetery Penang (dok. koleksi pribadi)"][/caption]

Sembari pamit pada Wani, sebaris pesan dikirimkan untuk membangunkan Shams. 30 menit cukuplah buatnya bersiap jika matanya tak enggan untuk menemani mencari jejak pagi ini setelah semalam pulang jelang pagi ke hotel.

+ Shams, saya sudah siap. Jumpa di lobby pk 07.00 ya ;)
– At 07.15 ya, saya baru bangun.

Matahari terlambat bersinar di Penang. Jadi meski langit masih gelap, jalanan sudah terlihat sibuk dengan lalu lalang kendaraan dan warga Penang yang berseliweran memulai aktifitas paginya. Pk 07.15 Shams muncul, kami pun meluncur dengan Volvo XC90 yang dipinjamkan Volvo Kuala Lumpur sebagai salah satu kendaraan yang digunakan selama program KCC1M Penang.

[caption id="attachment_401024" align="aligncenter" width="486" caption="Penanda yang memudahkan untuk mencari letak peristirahatan di antara 500 makam lainnya (dok. koleksi pribadi)"]

1425534103973114567
1425534103973114567
[/caption]

”Jiaaah akhirnya ketemu jugaaa … ups, di kuburan hahaha.” Kak Danan menyambut kami dengan senyum lebar di depan gerbang Protestant Cemetery. Sesuai kesepakatan, dirinya sampai tepat waktu di tkp, jadi sebenarnya yang semangat itu dirinya! Ah, ternyata harus janjian di kuburan juga setelah salaman singkat di Coffee War, Kemang beberapa bulan lalu.

Francis Light-lah yang membawa langkah ke tempat ini sebagai wujud pemenuhan janji kala menyapa beliau di Fort Cornwallis penghujung Desember 2013 lalu. Ketika sebuah panggilan kembali menggema, beberapa jejak tersingkap sehingga daftar yang hendak dikunjungi pun bertambah dengan 14 nama lainnya. Entah julukan apalagi yang akan kau sampirkan karena segala kelakuan yang tak wajar di matamu. Terserah, aku hanya ingin engkau mengenal James Richardson Logan!

[caption id="attachment_401027" align="aligncenter" width="486" caption="Bukti telah berkunjung ke peristirahatan Logan (dok. koleksi pribadi)"]

14255343371367603083
14255343371367603083
[/caption]

Nama Logan sering kali menggema kala berkumpul dengan genk SahaBATMUSeum. Namun panggilan jiwa baru tergelitik ketika satu hari nama beliau mendadak terngiang dan mata terdampar di Sebuah Kuburan, Sebuah Nama-nya Andreas Hartono. Eh, ‘ndilala Semesta mendengar dan beberapa hari kemudian sebuah pesan singkat diterima mengajak turut kegiatan KCC1M ke Penang.

[caption id="attachment_401028" align="aligncenter" width="312" caption="Temperance, monumen Logan di Logan Street (dok. koleksi pribadi)"]

14255344211428859130
14255344211428859130
[/caption]

Logan, salah seorang warga kehormatan Penang. Pengacara handal yang dihormati dan disenangi; ia pembela hak asasi warga tempatan (warga lokal yang berasal dari berbagai etnis Melayu, India, Cina, Eropa) dan non-Eropa yang tinggal di Penang, tutur Nurilkarim Razha, putera pemilik Jawi House Café Gallery menjelaskan siapa Logan saat kami bersantai menikmati secangkir The Arabian Sherbet di restorannya. Etnolog Inggris ini meninggal pada 20 Oktober 1869 karena malaria. Baginya sebuah monumen dibangun di pusat George Town di seberang Mahkamah Tinggi sebagai penghargaan. Di sana terpatri 4 (empat) keperibadian Logan sebagai seorang pembela keadilan yang dikenang oleh mereka yang sangat kehilangan setelah kematiannya: kesederhanaan (temperance), keadilan (justice), ulet (fortitude) dan bijaksana (wisdom).

Istilah Indonesia dipergunakan pertama kali oleh Logan pada 1895 dalam jurnalnya The Ethnology of the Indian Archipelego. Indonesia berasal dari kata Indu-nesian, indus berarti Hindia sedang nesioi, bentuk jamak dari nesos yang berarti pulau (kepulauan). Jadi, jika digabungkan maka Indonesia artinya pulau-pulau (kepulauan) Hindia. Adalah Adolf Bastian, seorang antropolog dan ahli etnologi berkebangsaan Jerman yang kemudian mempopulerkan kata “Indonesia” lewat jurnal-jurnal ilmiahnya.

[caption id="attachment_401030" align="aligncenter" width="486" caption="another mission accomplished (dok. koleksi pribadi)"]

1425534481359106428
1425534481359106428
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun