Mohon tunggu...
Black Horse
Black Horse Mohon Tunggu... -

Black Horse; Nomaden, Single Fighter Defence.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ya Amerika, Ya Arab Saudi, Ya Israel, Ya Sama Saja

19 Agustus 2013   05:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:08 2289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13768662521549609736

[caption id="attachment_273059" align="alignleft" width="555" caption="Apakah nalar menolak mengecam pembantaian ini? Sumber foto, Press TV"][/caption] Saat ini, anak Menteng yang jadi orang nomor satu di Amerika Serikat, Barack Obama menghadapi momen dan dilema akut dalam menangani permasalahan di Mesir. Pasalnya, sebuah kudeta militer telah menggulingkan presiden terpilih secara demokratis di negara Firaun tersebut. Tidak tanggung-tanggung, militer Mesir juga memberangus demo pro pendukung Morsi yang merasa dikhianati oleh militer dan ingin mengembalikan Morsi ke kursi kepresidenanya seperti semula. Kira-kira, apa yang harus dilakukan anak Menteng untuk menyelamatkan AS di negeri Firaun itu? Menurut hukum AS, Obama tidak boleh dan diharamkan mendukung kudeta militer terhadap satu pemerintahan, terlepas dari dukungan populer atau tidak, karena itu adalah hukum dan undang-undang AS yang sah. Tapi bagi Obama, meski kondisi di Mesir sangat sensitif dan masih menjadi teka-teki untuk sebagian orang, apakah Ikhwanul Muslimin akan melunak kemudian bergabung dengan pemerintahan sementara, namun sikap AS bisa dengan mudah ditebak, sebab bagaimanapun Obama dituntut dan dipaksa menjaga kepentingan AS dan eksistensi Israel di kawasan terutama di Timur Tengah dan itu bermula dari Mesir. Dilihat dari sisi kepentingan AS di kawasan, bisa DIPASTIKAN anak Menteng itu akan menolak upaya apapun untuk menghentikan bantuan dan hibah tahunan militer kepada Mesir, karena militer AS sangat tergantung pada negara Afrika Utara itu. Meski itu melanggar hukum dan mengkhianati undang-undang AS. Dan AS tidak akan pernah memberikan tekanan dan ultimatum pada militer Mesir meskipun melakukan pembantaian terhadap rakyat tak berdosa disana. Sebab serdadu-serdadu dan mesin-mesin perang AS yang di kirim ke Afghanistan dan ke penjuru Timur Tengah untuk menjajah kawasan memerlukan Kanal Suez di Mesir. Mesir memang  sejak awal sudah menjadi negara penting bagi militer AS di Timur Tengah, terutama untuk melanggengkan hegemoni dan penjarahan hasil bumi di negara-negara monarki P-GCC, termasuk di era Mohammed Morsi. Bahkan menurut USA Today, lebih dari 2.000 kali jet tempur AS terbang menggagahi wilayah udara Mesir hanya dalam tahun lalu untuk mendukung penjajahan dan penjarahan berdarah-darah AS di Afghanistan dan di seluruh Timur Tengah. Kapal Induk AS yang menumpuk di Bahrain yang meliputi sekitar 35 sampai 45 kapal jenis destroyer semuanya melewati Kanal Suez setiap tahunnya. Dengan demikian, meskipun militer terbukti menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Morsi pada bulan 3 Juli lalu dan meski menyebutnya sebagai kudeta, namun anak Menteng yang menjadi orang nomer satu di AS itu tidak akan gegabah memutus paket bantuan dan hibah militer sebesar $ 1,3 miliar kepada militer Mesir. Mengapa? Jika AS sampai punya nyali dan niat memutus bantuan itu, maka akses udara dan laut bagi serdadau-serdadu Angkatan Laut AS akan diblokade oleh militer Mesir. Dan jika itu terjadi, maka akan menjadi kiamat kecil AS untuk mendominasi kawasan Timur Tengah dalam menjaga keantengan negara-negara monarki absolut seperti Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab dan Bahrain serta Israel. Tapi, yang lebih menarik adalah pernyataan Dr. Kevin Barret, editor Veteran Today yang mengatakan bahwa bantuan AS untuk Mesir,  sejatinya adalah bantuan kepada Israel. Karena menurut Barret, AS pada dasarnya membayar junta militer Mesir untuk memaksakan penawarannya, dan khususnya supaya tetap anteng dan bekerja sama dengan Zionis dalam menjaga perbatasan Gaza dan blokade rakyat Gaza. Selain, itu, menurut beberapa analis, bantuan itu adalah untuk menjaga eksistensi perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel. Jadi, apapun bentuk pelanggaran militer Mesir terhadap rakyat disana, meskipun terjadi genosida, Amerika Serikat tidak akan pernah melepaskan Mesir dan akan tetap akan mendukung militer berkuasa di negara itu sebagaimana Arab Saudi dan Uni Emirat Arab tetap mendukung mati-matian pemberangusan militer haus darah itu. Meskipun menurut senator McCain, bantuan AS itu menghancurkan semua kredibilitas negaranya di Mesir.  Bahkan terbaru, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Saud al-Faisal melegitimasi pembantaian itu dan berharap pembantaian itu terus berlanjut. Ya Amerika, ya Arab Saudi, ya Israel, ya sama saja! [BH] Penting! Saudi Arabia asks West not to press Egypt on crackdown: http://www.presstv.ir/detail/2013/08/18/319387/egypt-crackdown-must-continue-s-arabia/ Saudi Arabia warns against pressing Egypt on crackdown: http://uk.reuters.com/article/2013/08/18/uk-egypt-protests-saudi-idUKBRE97H0BM20130818 Sumber: http://www.usatoday.com/story/theoval/2013/08/18/obama-john-mccain-egypt-cnn/2668685/ http://www.usatoday.com/story/news/world/2013/08/17/egypt-morsi-obama-hagel-gulf-heritage-brookings/2665903/ http://www.presstv.ir/detail/2013/08/18/319374/us-aid-egypt-israel-benifits/ http://abcnews.go.com/blogs/politics/2013/08/sen-bob-corker-no-doubt-egypt-crackdown-going-to-cause-us-to-suspend-aid/

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun