Mohon tunggu...
Oky Nugraha Putra
Oky Nugraha Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Seorang manusia yang terus belajar, belajar, belajar pada siapapun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Randi dan Tari

19 Oktober 2017   10:20 Diperbarui: 19 Oktober 2017   10:31 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 

"Sekian untuk perkuliahan kita kali ini, sampai berjumpa minggu depan, selamat siang". Dosen itu pun meninggalkan kelas. Satu per satu mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah Universitas Dipati Ukur (UDU) pun keluar kelas. Tapi Randi masih termenung di salah satu sudut kelas duduk dengan gayanya yang khas yakni telapak tangan kanan menempel pada pipi kanan wajahnya dan tangan kiri memutar pena tanpa tujuan yang jelas.

Di depannya tergeletak dua buah buku. Memang, dosen tadi bukan dosen dari jurusannya yang terkenal tegas. Jadi dia bisa santai membaca buku lain yang sebenarnya tidak ada kaitannya sama sekali dengan mata kuliah. Pertama yakni buku karya Pram yang berjudul Bumi Manusia, dan yang kedua ialah buku Perpustakaan Kelamin karya Sanghyang Mughni Pancaniti. 

Meskipun dia seorang mahasiswa sejarah, tapi minatnya terhadap bacaan-bacaan sastra bisa dibilang lumayan. Randi berpendapat bahwasanya dengan membaca buku-buku karya sastra karya tulis sejarahnya akan lebih hidup, lebih berisi, lebih renyah dibaca untuk semua orang. "Sastra itu memperhalus tulisan kita". Ucapnya tempo hari pada salah seorang sahabatnya, Henri.

Jam tangan Randi menunjukan pukul 14.10 WIB ketika dia berjalan meninggalkan kelas di gedung D Fakultas Ilmu Budaya UDU. Sambil berbincang dengan Henri yang tadi mengajaknya untuk keluar kelas, Randi melangkahkan kakinya menuju tempat favoritnya di fakultas yang menjadikan buku dan tulisan sebagai bahan kajian tersebut. Ya, perpustakaan fakultas.

Hari ini dia ingat belum membaca koran. Kebiasaan Randi yang satu ini sangat unik. Di era yang katanya serba digital ini dia masih saja menyempatkan dirinya untuk membaca koran secara konvensional. Entah mengapa, sensasinya begitu berbeda ketika membaca koran dalam gawai dengan membaca koran secara cetak.

"Ran, ada cewek cantik tuh", celetuk Henri tiba-tiba mengagetkan Randi.

"Yo. Lah elu cewek aja yang ada di kepala lu itu. Gak ada objek bahasan lain apa. Bosen gua dengerin ocehan lu tentang cewek", ucap Randi menimpali Henri.

"Yaelah bos, kenikmatan tertinggi di alam fana itu adalah ketika kita bisa menikmati cewek bos. Hahahahahahaha", seketika tawa Henri lepas.

"Gua gak setuju ya masalah itu Hen. Lu kan tahu. Memang secara biologis laki-laki membutuhkan perempuan untuk memenuhi hasrat kemanusiaannya. Pun sebaliknya. Tapi, tak hanya sekedar proses 'memasukan' dan 'menerima' saja Hen. Disana ada cinta Hen. Lu pikir cewek itu hanya objek nafsu laki-laki ? Kagak Hen. Gua sangat gak setuju masalah itu. Cewek itu makhluk terhormat. Asal mula kehidupan anak-cucu Adam. WANI kan artinya berani, Wanita. EMPU kan artinya ahli dalam sesuatu. Perempuan. Lu ah, udah gua omongin berapa kali juga."

"Buset. Gua ngomong 10 detik lu nyerocos hampir 10x lipatnya bro. Hahahaha. Entar aja ah tobatnya Ran. Masih mau menikmati keindahan Tuhan yang satu ini".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun