Cancel culture tengah ramai menjadi perbincangan netizen di media sosial. Istilah ini merujuk pada seseorang atau kelompok yang diboikot atau dikucilkan oleh masyarakat karena perbuatan atau ucapan yang dianggap tidak pantas.
Fenomena cancel culture tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab seseorang terkena cancel culture. Salah satunya adalah perkembangan media sosial.
Dengan adanya Instagram, Twitter, TikTok, dan platform lainnya, fenomena cancel culture bisa berlangsung dalam hitungan jam, bahkan menit. Sebuah postingan di media sosial bisa dengan cepat menyebar mengumpulkan ribuan, bahkan jutaan, tanda "like" atau "suka" yang dapat memengaruhi opini publik dalam sekejap.
Opini yang kontroversial dapat dengan mudah menjangkau jutaan orang dalam hitungan menit. Di sisi lain, netizen langsung bersatu untuk memberikan sanksi sosial. Mereka menuntut tokoh publik tersebut untuk bertanggung jawab atas tindakan dan perkataan mereka.
Lantas, mengapa fenomena ini bisa terjadi? Apa dampaknya bagi individu dan masyarakat? Bagaimana cara menyikapinya?
Cancel Culture dan Penyebabnya
Secara sederhana, cancel culture adalah praktik di mana seseorang atau kelompok menghukum individu atau entitas yang dianggap telah melakukan kesalahan. Tindakan ini bisa berupa memboikot, menghentikan dukungan publik terhadap mereka, hingga pengucilan sosial.
Cancel culture sering kali dipicu oleh komentar atau tindakan kontroversial yang diunggah ke media sosial. Ketika opini orang tersebut dianggap menyinggung atau melanggar norma, netizen akan bergerak cepat untuk "menghukum" pelaku. Tujuannya beragam, mulai dari menegakkan keadilan hingga sekadar ikut-ikutan.
Sekalipun bertujuan baik, cancel culture ini ternyata menimbulkan masalah baru. Fenomena ini terkadang digunakan seseorang yang memiliki pengaruh kuat untuk memojokkan orang yang tidak disukainya.
Masalah utama yang ditimbulkan dari cancel culture ini adalah menciptakan masyarakat yang mudah marah dan malas mencari tahu kebenarannya. Terkadang, masyarakat yang belum tahu permasalahannya ikut-ikutan saja langsung boikot. Semakin banyak orang yang ikut serta, semakin besar tekanan yang dirasakan oleh target.
Dampak Positif dan Negatif Cancel Culture
Cancel culture bagai pedang bermata dua yang memengaruhi kita semua, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagi orang yang menjadi sasaran cancel culture, dampaknya bisa sangat merusak, baik secara profesional maupun pribadi.