Mohon tunggu...
Oktiani Endarwati
Oktiani Endarwati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Pencerita Cerita perjalanan, kunjungi Instagram @oktiwul Blog: http://kicauanoktiwul.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Takut 66, Takut 98- Taufiq Ismail

22 Desember 2012   19:03 Diperbarui: 4 April 2017   16:19 1114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya bukanlah penyair tapi saya menyukai puisi. Lebih tepatnya menikmati dan tidak semua puisi saya terima begitu saja. Sebelumnya saya pernah membahas puisi Sapardi yang berjudul "Aku Ingin Mencintaimu dengan Sederhana". Puisi itu termasuk puisi kesukaan saya dari segi kata dan makna. Nah, kali ini ada puisi yang menurut saya menarik juga. Karya Taufiq Ismail yang berjudul "Takut 66, Takut 98". Berikut puisinya.

Takut 66, Takut 98- Taufiq Ismail

Mahasiswa takut pada dosen

Dosen takut pada dekan

Dekan takut pada rektor

Rektor takut pada menteri

Menteri takut pada presiden

Presiden takut pada mahasiswa..

1998

Untuk para mahasiswa pasti pernah dengar atau baca puisi ini, bukan? Puisi ini dibuat ketika masa reformasi dan banyak mahasiswa yang turun ke jalan. Kata-katanya sederhana tapi bermakna lebih. Takut berarti merasa gentar (ngeri) dalam menghadapi sesuatu yang dianggapnya sebagai bencana. Mahasiswa takut pada dosen. Memang mahasiswa takut pada dosen apalagi soal nilai dan daftar hadir. Kadang ada juga mahasiswa yang tidak peduli dengan penjelasan dosen, yang penting dia hadir terus dalam perkuliahan itu.

Puisi itu menggambarkan jabatan, dimana semakin tinggi jabatan seseorang maka orang itu akan tunduk dan takut. Urutannya mahasiswa, dosen, dekan, rektor, menteri, dan terakhir presiden. Tapi diakhir puisi ditulis  Presiden takut pada mahasiswa. Kenapa bisa begitu? Karena mahasiswa memiliki sesuatu yang lebih, jabatan yang lebih. Tahu kenapa disebut Mahasiswa? Karena mereka lebih dari seorang siswa yang kewajibannya hanya belajar dan belajar. Mahasiswa harus melakukan tindakan. Aksi dari Mahasiswa-lah yang ditunggu. Bukan lagi dipancing tapi harus memancing. Saatnya melakukan suatu pengabdian kepada masyarakat, melakukan perubahan, dan memberika energi-energi positif kepada rekan-rekan yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun