Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bahagia ala Orang Nordic

14 Agustus 2021   15:51 Diperbarui: 15 Agustus 2021   11:45 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar aktivitas bersepeda di Denmark (Unsplash/ Febiyan)

GDP (Produk Domestic Bruto, atau jumlah produksi baik barang atau jasa yang telah dihasilkan oleh unit produksi di suatu daerah pada saat tertentu) per kapita, tingkat harapan hidup, kebebasan untuk memilih (gaya hidup), dukungan sosial, kemurahan hati, ketiadaan korupsi, adalah hal-hal yang dilihat UN ketika menentukan indeks kebahagiaan ini. 

Namun, selain hal-hal yang bisa diukur, ada pula nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat Nordic, yang membuat mereka merasa content atau puas dengan kondisi yang mereka miliki. 

Dalam konteks ini, hal-hal yang bersifat esensial atau basic needs, kesejahteraan dan keadilan sosial, psikologis, dan spiritual atau rohani adalah nilai-nilai yang terus dibangun dan menjadi sistem nilai yang dipandang berharga.

Patut dicatat, orang-orang Nordic tidak memiliki "Nordic dream" atau "European dream" seperti halnya American dream yang dikejar-kejar setengah mati oleh warga Amerika. Apa sih American dream itu?

American dream adalah etos nasional warga Amerika (asli maupun pendatang) yang dipandang sebagai tujuan ideal, di mana setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi lebih makmur, lebih kaya, dan sukses dengan bekerja keras.

American dream sendiri sesungguhnya berangkat dari tujuan dan niat yang baik. Idealisme ini mengajarkan bahwa sukses dan kemakmuran adalah milik mereka yang bekerja dan berjuang keras untuk mencapainya, terlepas dari gender, ras, atau latar belakang sosial apa pun yang dimiliki. 

Wacana ini pada awalnya dibuat sebagai cara untuk menghindari sistem yang terbangun di Eropa, di mana (dulu) hanya kaum bangsawan atau aristokrat saja yang memiliki akses lebih untuk mencapai kesejahteraan.

Sayang dalam perjalanannya, American dream ini malah semakin dipertanyakan dengan realitas yang justru berkebalikan dari tujuan. 

Ada jurang yang makin besar antara yang kaya dengan yang miskin dalam komunitas di Amerika Serikat. Ternyata, tidak semua orang bisa meraih kesempatan yang sama untuk meraih kesejahteraan. 

Kapitalisme yang mengemuka di Amerika justru menjadi penghalang bagi tercapainya mimpi ini. Sebab, dalam kapitalisme, pemilik modal terbesarlah yang menang dan dapat meraih akses lebih besar guna mendatangkan keuntungan. 

Slogan "siapa kuat, dia menang" berlaku di sini, bahkan dalam satuan individu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun