Mohon tunggu...
Oktav Unik Ardiana
Oktav Unik Ardiana Mohon Tunggu... Guru - Hamba Allah yang tengah menjadi seorang pembelajar. (Mahasiswi dan Guru IPA yang berdomisili di Banyumas dan Cilacap)

Anak perempuan pertama dari 4 bersaudara yang tengah belajar mengabdi pada dunia pendidikan. Masih terus belajar, belajar, dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ada Apa dengan Sang Pemilik Sarung Biru?

14 Mei 2020   21:02 Diperbarui: 14 Mei 2020   21:07 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: dokpri Oktav

Semburat cahaya senja mulai menampakkan diri. Jingga kemerahan. Ia masih dalam spektrum cahaya tampak. Pastinya lah. Semilir angin sore menggerakkan kerudung-kerudung mereka. Tawa merekah. Tingkah begitu lincah. Tubuh ini tetiba hampir kehilangan keseimbangan. Si manis kecil menggamit tangan kananku dan menariknya, sedangkan si imut menarik tangan kiriku ke arah yang berlawanan. Menjadi rebutan.

"Mba Rin ikut aku ayoo.."teriak si manis dengan suara melengking menandakan frekuensinya cukup tinggi.

"Gak boleh.. Mba Rin ayo main perosotan di sana" elak si imut sambil merengek hampir menumpahkan air mata.

"Gak, Mba Rin harus ikut aku," tukas si manis sudah mulai merendahkan frekuensi bicaranya.

"Pokoknya harus ikut aku." sahut si imut justru menaikkan frekuensi suara kali ini.

"Eh, nanti tangan Mba Rin putus loh.."  teriak suara berat namun lantang dari arah kejauhan.

 Tatapanku menuju ke arah suara itu. Seorang laki-laki bersarung biru bermotif abstrak  menggandeng seorang santri putra berusia 5 tahun berjalan mendekat. MasyaAllah. Tak sengaja kedua mata kami beradu pandang. Namun segera kualihkan. "Istighfar Rin.."batinku.

"Iya ini, nanti Mba Rin pingsan lohh.." jawabku seolah kocak pada si imut dan si manis.

Bukannya melepas kedua tanganku, mereka malah membawaku lari ke arah ayunan di seberang jalan. Kali ini seirama. Tidak saling berebut. Mereka memintaku mendorong ayunan yang tengah mereka naiki. Oh kalian, begitu menggemaskan. Dari kejauhan sepasang mata mengamati kami dengan seulas senyum diwajahnya. Lagi-lagi "Astaghfirullah"

Sang angin berhembus pelan seolah mengerti ada desiran sesuatu aneh di dalam dadaku. Degupnya memiliki kecepatan yg lebih kencang dari sebelumnya. Jikalau  saja jantung ini bisa bicara, ia akan menyatakan hal yang sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun