“Kertas punya kita kali, kan tadi kita juga ada pakai kertas,” jawab Nico namun tetap pergi menuju arah yang ditunjuk Vito.
“Tapi tadi kan pas kita beres-beres, kertasnya udah habis diambil peserta. Jadi harusnya gak ada sisa kertas dong,” sahut Vito heran. Nico mengangguk sekilas dan kemudian mengambil kertas yang ada di sana. Nico kemudian meminta Vito untuk menyalakan senter dari ponsel-nya agar bisa membaca tulisan dari kertas itu.
“Maaf jika saya ikut dalam kegiatan tadi. Kalian tidak memuaskan dalam menakut-nakuti peserta. Karena itu, saya terpaksa join di kelompok terakhir. Ketakutan sesungguhnya ada di kelompok terakhir.”
Nico dan Vito hanya bisa berpandangan setelah membaca surat yang tertinggal di kelas itu. Mereka merasakan suasana kelas menjadi lebih hangat. Sambil mencoba menelan ludah yang sudah terkumpul, mereka mencoba mencerna kalimat tadi. Beberapa saat kemudian, Nico dan Vito melihat kembali ke sekeliling, lalu memutuskan untuk segera keluar dan mengunci kembali ruangan kelas itu. Perasaan mereka menjadi tidak enak. Dari dalam kelas itu, muncul satu bayangan lalu ia melihat kepergian Nico dan Vito sambil tersenyum. Sementara itu, Vito dan Nico yang kembali menuju tempat istirahatnya memikirkan satu hal yang sama. Perasaan mereka menjadi tidak karuan karena mereka mempunyai satu pikiran yang sama di kepala mereka.
“Jadi, tadi itu siapa?”
Selesai