Mohon tunggu...
Oktavia Nur Aisyah
Oktavia Nur Aisyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kamu tidak bisa kembali dan mengubah awal, tetapi kamu bisa mulai dari mana kamu berada dan mengubah akhirnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Efektivitas Daun Lamtoro (Leuaena leucochepala L) Sebagai Obat Luka

4 Desember 2021   17:25 Diperbarui: 4 Desember 2021   17:35 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Oktavia Nur Aisyah

Prodi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

E-mail: oktavianuraisyah26@gmail.com  
 
Abstract 
 An abrasion wound occurs when the skin rubs against or scrapes a rough or hard surface.  Although it does not cause much bleeding, this type of wound needs to be cleaned to avoid infection.  One of the plants used as a wound medicine is lamtoro leaf which can speed up the healing process.  Lamtoro leaves (Leucaena leucocephala I) are known to contain several compounds such as saponins, tannins, alkaloids and flavonoids.  This compound has benefits as an antioxidant, anti-inflammatory, and analgesic. Wound healing process goes through the hemostatic phase, inflammation, proliferation and remodeling. Angiogenesis is the procces of forming a new vascular from the vascular that has existed before. In wound healing vascular plays a role in supplying oxygen and nutrients that needed for cell metabolism and debris cell removal. Failure of angiogenesis results in delayed wound healing. This study aims to analyze the effectiveness of giving lamtoro leaf extract (Leucaena leucocephala l) as an alternative for healing abrasions.  For use, it can be chewed or the shoots of lamtoro leaves (Leucaena Leucochepala I) are crushed and then affixed to the wound.  This lamtoro leaf extract has no side effects.  Keywords: Lamtoro Leaf, Abrasion Wound


Abstrak

Luka abrasi terjadi ketika kulit bergesekan atau menggores permukaan kasar atau keras. Meski tidak menimbulkan banyak pendarahan, luka jenis ini perlu dibersihkan untuk menghindari infeksi. Salah satu tanaman yang digunakan sebagai obat luka ini adalah daun lamtoro yang dapat mempercepat proses penyembuhan. Daun lamtoro  (Leucaena leucocephala l) diketaui mengandung beberapa senyawa seperti saponin, tannin, alkaloid dan flavonoid. Senyawa ini mempunyai manfaat sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan analgesik. Proses penyembuhan luka berjalan melalui fase hemostatik, inflamasi, proliferasi dan remodelling. Angiogenesis adalah proses pembentukan vaskuler baru dari vaskuler yang telah ada sebelumnya. Dalam proses penyembuhan luka vaskuler berperan dalam mensuplai oksigen dan nutrien yang dibutuhkan untuk proses metabolisme sel dan penghilangan sel debris. kegagalan angiogenesis mengakibatkan tertundanya kesembuhan luka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas pemberian ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala l) sebagai alternatif penyembuhan luka abrasi. Untuk pemakaian bisa dengan di kunyah atau pucuk daun lamtoro (Leucaena Leucochepala l) di tumbuk kemudian ditempelkan pada bagian luka. Ekstrak daun lamtoro ini tidak memiliki efek samping.
Kata Kunci : Daun Lamtoro, Luka Abrasi

Pendahuluan
                  Luka merupakan suatu keadaan dimana jaringan kulit mengalami robek, terputus, dan rusak karena suatu sebab. Kulit mengalami kerusakan sehingga jaringan dalam tubuh terpapar secara langsung dengan lingkungannya. Terdapat beberapa penyebab luka diantaranya benda tajam atau tumpul, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, gigitan serangga.
                  Luka abrasi /babras /lecet (abraced wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam. Biasanya terjadi pada kulit dan tidak sampai pada subkulit. Babras adalah luka yang dikarenakan cidera pada permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau runcing. Luka ini banyak dijumpai pada kejadian kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam ataupun tumpul, luka abrasi seringkali sakit dan lembab.
              Daun lamtoro merupakan tanaman yang sudah dikenal sebagai obat herbal. Secara umum daun lamtoro sebagai obat digunakan dengan cara di kunyah atau di tumbuk, kemudian ditempelkan pada bengkak atau luka. Daun lamtoro diketaui mengandung beberapa senyawa antara lain saponin, tannin, alkaloid dan flavonoid. Saponin berfungsi memicu pembentukan kolagen karena adanya protein. Tannin berfungsi dalam mengecilkan pori-pori kulit untuk membentuk jaringan baru dan antibakteri. Alkaloid berfungsi sebagai anti mikroba. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgesic. Daun lamtoro sering digunakan masyarakat untuk membantu luka iris, lecet, babras, dll. Untuk pemakaian bisa dengan di kunyah atau di haluskan pucuk daun kemudian ditempelkan pada bagian luka. Gerusan daun lamtoro mengandung bahan-bahan yang tidak memiliki efek samping.
                Prinsip pengobatan luka adalah untuk mencapai penutupan luka dengan sangat cepat. Fase penyembuhan luka secara umum meliputi homeostatis, inflamasi, poliferasi, dan remodeling. Homeostatis merupakan fase yang terjadi paling awal dalam fase penyembuhan luka di mana pembuluh darah mengalami vasokonstriksi dan edotel serta platelet terdekat mengaktifkan bagian intrinsik dari cascade koagulasi sekaligus menetapkan sitokinin dan faktor pertumbuhan yang mengalami inflamasi. Fase inflamasi melibatkan sel leukosit, makrofag dan netrofil yang memiliki peran penting proses disinfektan sekaligus mengaktifkan Growth factor serta sitokinin lain yang berperan penting dalam fase proliferase. Fase proliferase meliputi angiogenesis dan epitelialisasi untuk mengembalikan integritas barrier kulit yang mengalami disrupsi. Pada fase terakhir jaringan luka akan mengalami remodeling yaitu pematangan jaringan dan mengembalikan normalitas kulit menuju kondisi kulit sebelum mengalami luka (Broughton et.al., 2006).
                 Bahan bahan yang mempercepat proses angiogenesis dapat dikategorikan sebagai bahan penyembuh luka. Penggunaan ramuan obat dari tanaman untuk mengobati lesi kulit, khususnya luka bakar dan luka kulit sudah dilakukan masyarakat sejak lama. Berbagai jenis tanaman dengan aktivitas penyembuhan luka telah diteliti pada berbagai model binatang untuk menunjukkan potensi senyawa aktif yang berperan ( Al Basal, et al, 2001). Indonesia merupakan negara yang kaya dengan bahan alam dan tanaman yang berpotensi sebagai terapi alternatif untuk pengobatan luka, salah satu diantaranya adalah daun lamtoro (Leucaena leucocephala). Daun lamtoro (Leucaena leucocephala) secara empirik irasional sering dipakai masyarakat untuk membantu menyembuhkan luka iris, lecet dan jenis luka accidental yang lain. Penggunaannya dengan jalan menghaluskan pucuk daun dan menempelkannya pada area luka.
                 Angiogenesis adalah proses pembentukan pembuluh darah baru dari pembuluh darah yang sudah ada sebelumnya. Pada saat angiogenesis terjadi pertumbuhan pembuluh kapiler yang saling terhubung membentuk vaskular yang bersifat tetap pada jaringan yang mengalami perlukaan sehingga peran penting pada proses penghilangan debris, penyediaan nutrien dan oksigen untuk proses metabolisme selama berlangsungnya proses perbaikan jaringan pada daerah luka dapat terjadi. Proses angiogenesis antara lain basic Fibroblast Growth Factor (bFGF),Transforming Growth Factor ( TGF, TGF ), Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) dan prostaglandin ( Ramasastry et al.,2005). Permukaan sel endotel memiliki reseptor growth factor yang berperan aktif dalam pelarutan matriks ekstraselular untuk memudahkan proses migrasi dan proliferasi sel endotel selanjutnya (Johnson dan Wilgus, 2014).
  Salah satu faktor penentu dalam penyembuhan luka adalah kecukupan oksigen dan nutrisi yang diperlukan oleh sel yang berperan dalam penyembuhan luka. Ketersediaan nutrisi dan oksigen tersebut sangat ditentukan oleh keberadaan vascular. Pada saat terjadi luka, sebagian pembuluh vascular mengalami kerusakan oleh karenanya diperlukan pembentukan vascular baru. (neovaskular).
 
Metode Penelitian  
            Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisa fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Model penelitian yang digunakan yaitu dengan pemilihan populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
            Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini cukup mudah untuk didapatkan. Alat yang digunakan yaitu dengan menggunakan cobek dan ulekan. Bahan yang digunakan yaitu pucuk daun lamtoro yang masih segar. Cara pemakaian dapat dilakukan dengan menghaluskan pucuk daun lamtoro dengan menggunakan ulekan atau dapat juga dengan mengunyah daun lamtoro kemudian dapat ditempelkan langsung pada luka. Pengobatan dengan gerusan daun lamtoro ini dapat digunakan setiap hari karena tidak memiliki efek samping dan dapat digunakan dalam jangka panjang.
 
Hasil Penelitian dan Pembahasan
             Daun lamtoro diketahui mengandung senyawa metabolit flavonoid yang memiliki aktifitas, anti bakteri dan scavenger radikal bebas sehingga berpotensi sebagai anti inflamasi. Selain flavonoid kandungan terpen,coumarin dan sterol juga dilaporkan ada dalam ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala) yang berpotensi sebagai anti oksidan ( Mohammed, et al., 2015 dan Hasan et al.,2014). Amirah (2014) membuktikan bahwa ekstrak daun lamtoro (Leucaen leucocephala) 0,5% memiliki efek anti inflamasi pada tikus yang diinduksi dengan karagenan dibandingkan dengan kontrol(Amirah et al, 2014). Senyawa kimia yang terkandung dalam daun lamtoro (Leucaena leucocephala), terutama senyawa polisakarida dilaporkan dapat meningkatkan limfosit serta kapasitas dan aktifitas makrofag dibandingkan dengan kontrol sehingga berpotensi sebagai imunomodulator ( GamalEldeen, et al, 2007). Makrofag merupakan sel yang berperan penting dalam proses penyembuhan luka pada fase inflamasi. Aktivasi Makrofag memiliki implikasi yang bervariasi pada penyembuhan luka, misalnya fagisitosis sel debris, sintesis matriks ekstra seluler dan sintesis sitokin yang merangsang peningkatan vaskuler permeability, angiogenesis dan epitalialisasi. Sel makrofag selain berperan sebagai anti inflamasi juga berperan dalam fase proliferasi. Selama fase penyembuhan luka normal, makrofag dapat mengalami switch dari M1 menjadi M2. Makrofag M1 merupakan makrofag pro inflamasi dan berperan dominan pada fase inflamasi, sedangkan M2 merupakan makrofag pro healing /anti inflamasi yang berperan dalam meregulasi inflamasi sehingga mencegah terjadinya inflamasi yang berkepanjangan. Selain meregulasi inflamasi, makrofag M2 juga mengekspresikan beberapa growth factor yang penting untuk keterlanjutan fase penyembuhan luka, salah satunya adalah VEGF (Johnson dan Wilgus, 2014).
              Fase inflamasi merupakan fase yang penting dalam proses penyembuhan luka, dimana pada fase ini diperlukan dalam rangka fagositosis patogen dan sel debris yang berpotensi mengakibatkan terjadinya infeksi dan menghambat proses penyembuhan luka, namun inflamasi yang terjadi secara berkepanjangan akan mengakibatkan penundaan penyembuhan
dan kegagalan vaskularisasi dan kegagalan penyembuhan luka. Peralihan dari fase inflamasi menuju fase proliferasi memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka. Setelah fase inflamasi terjadi selanjutnya proses penyembuhan akan memasuki fase proliferasi yang terjadi mulai 36 jam setelah terjadinya luka (Ramasastry et al., 2005). Makrofag merupakan satu kunci dalam transisi dari fase inflamasi menuju fase proliferasi (Sorg, et al, 2016). Makrofag memproduksi faktor-faktor lain seperti PDGF ,TGF beta dan VEGF yang berlaku sebagai sitokin kunci yang dibutuhkan untuk merangsang pembentukanvaskuler dan jaringan granulasi.  
            Proses penyembuhan luka merupakan proses yang alami terjadi pada setiap orang yang mengalami luka. Jika terjadi luka, secara almi tubuh akan mengupayakan pengembalian komponen jaringan yang rusak dengan melalui tiga tahapan yaitu fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase naturasi/remodeling. Dari hasil penelitian dari wawancara didapatkan hasil bahwa daun lamtoro dapat digunakan untuk penyembuhan luka. Setelah luka diberi dengan ekstrak daun lamtoro darah yang keluar dari luka dapat berkurang karena terdapat senyawa tannin dalam daun lamtoro yang berfungsi sebagai anti bakteri dan dapat membantu mengerutkan luka sehingga darah tidak memancar. Untuk fase penyembuhan (remodeling) terjadi pada hari ke 3 dimana luka akam mengering dan mengalami penutupan untuk membentuk kulit normal. Terhjadinya remodeling ini terjadi akibat kemampuan metabolit yang terkandung dalam ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dalam meningkatkan jumlah dan aktifitas makrofag sehingga fase proliferasi terjadi lebih awal akibat fase inflamasi yang berjalan lebih singkat. Fase penyembuhan ini tidak dapat dipastikan dengan 3 hari luka dapat mrnutup tergantung pada luka yang dialami.
               Terjadi perbedaan antara luka yang diberi dengan ekstrak daun lamtoro dengan luka yang dibiarkan sembuh dengan sendirinya. Hal ini dikarenakan penyembuhan luka dapat mempengaruhi beberapa faktor dalam penyembuhan seperti, oksigenasi, suhu, nutrisi. Daun lamtoro dapat mempercepat proses penyembuhan luka karena dalam daun lamtoro memiliki banyak senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak daun lamtoro diantaranya berupa flavonoid, yang berperan sebagai antiseptik, ati bakteri, dan anti oksidan sehingga dapat bekerja pada fase homeostasis dan inflamasi pada penyembuhan luka, alkaloid berperan dalam fase inflamasi, anti bakteri dan vasokonstriksi pembuluh darah pada awal terjadinya luka dapat mengurangi terjadinya pendarahan sehingga dapat bekerja pada fase homeostasis dan inflamasi serta poliferasi dan neovaskular. Kemudian terdapat juga saponin yang membantu meningkatkan kontraksi luka, meningkatkan epitelisasi  yang dapat bekerja pada re-epitelisasi  dan maturasi serta sebagai antioksidan dan antiokida yang akan bekerja pada fase homeostasis dan inflamasi. Selain itu, senyawa tannin terdapat pada ekstrak daun lamtoro membantu dalam mempercepat penyembuhan luka yang membantu pada fase re-epitalisasi dan maturasi serta sebagai antioksidan dan antimikroba.
               Daun lamtoro mengandung senyawa tanin terkondensasi dan saponin (Kerman dalam Sartimah 2010, Zarin et al., 2016). Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa jenis tanaman lain yang mengandung tanin, saponin dan flavonoid memiliki efek proangiogenesis dengan meningkatkan ekspresi VEGF (Majewska dan Darmach, 2011). Apriasari (2016) juga menyatakan bahwa tanin, saponin dan flavonoid yang terkandung dalam batang pisang mauli meningkatkan ekspresi VEGF dan meningkatkan angiogenesis pada ulkus rongga mulut. Saponin juga berperan sebagai immunomodulator, sedangkan flavonoid memiliki efek radical scavenger (Apriasari et al.,2016). Beberapa tanaman yang mengandung komponen tanin, saponin, flavonoid diketahui juga memiliki efek proangiogenik (Apriasari et al.,2017). Kehadiran makrofag yang ditingkatkan dengan stimulasi saponin akan menunjang semua tahapan dalam proliferasi jaringan luka. Peningkatan jumlah makrofag diduga akan meningkatkan stimulasi produksi growth factors seperti platelet derived growth factor (PDGF), fibroblast growth factor (FGF), vascular endothelial growth factor (VEGF), epidermal growth factor (EGF), keratinocyte growth factor (KGF), TGF (transforming growth factor)-, dan TGF (transforming growth factor)- (Li et al., 2007) yang mempunyai peran vital dalam masing-masing tahap proliferasi jaringan luka. Peningkatan pajanan VEGF, KGF, TGF- pada jaringan luka akan meningkatkan efek FGF yang berdampak pada pelepasan prokolagenasi dan plasminogen aktivativator sehingga dapat mengaktivasi plasminogen. Ketika plasminogen teraktivasi, maka plasminogen akan memecah membran basalis sehingga memudahkan migrasi endotel ke dalam luka dan menuju ruang perivaskuler. Di ruang perivaskuler endotel akan berproliferasi menjadi pembuluh darah baru sehingga terjadi neovaskularisasi pada jaringan luka (Falanga, 2003).

             Ekstrak tanaman tersebut menstimulasi angiogenesis melalui dua jalur yaitu MAPK dependen dan PI3K Akt-eNOS signaling pathway. ERK1/2 merupakan salah satu dari target utama jalur signaling MAPK yang memainkan peran penting pada proses migrasi sel endotel dan proliferasi (Majewska dan Darmach, 2011). Kemampuan ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala) dalam meningkatkan angiogenesis kemungkinan akibat terjadinya regulasi VEGF oleh tannin, saponin dan flavonoid yang terkandung dalam daun lamtoro (Leucaena leucocephala).  

           Pada saat yang bersamaan, peningkatan pajanan PDGF, TGF-, EGF, FGF dan KGF akan meningkatkan migrasi dan proliferasi fibroblas pada dasar luka. Fibroblas akan menstimulasi mitosis sel epidermal sehingga memicu terjadinya keratinisasi. Disamping itu, penumpukan fibroblas pada dasar luka juga akan menstimulasi proses granulasi jaringan luka. Ketika granulasi dan keratinisasi terjadi, maka akan terbentuk lapisan barier penutup luka. Sebagai upaya mempercepat penutupan tersebut, maka fibroblas akan berubah menjadi myofibroblast yang mempunyai ikatan mikrofilamen aktin sehingga akan menimbulkan kontraksi pada luka dan luka akan cepat menutup. Fibroblas juga akan mensintesis kolagen III yang berperan dalam mengatur keseimbangan granulasi jaringan, pembentukan dermis serta matriks ekstravaskular. Peran kolagen III nantinya secara perlahan akan digantikan oleh kolagen I hingga fase remodeling (Falanga, 2003).  
         Perbedaan mean jumlah vaskuler yang signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan dosis kemungkinan terjadi akibat ekstrak lamtoro (Leucaena leucocephala) mampu meningkatkan jumlah makrofag dan meregulasi inflamasi dengan merangsang pergeseran M1 menuju M2. Pergeseran fenotip M1 menuju M2 tersebut meningkatkan ekspresi VEGF yang merupakan growth factor utama dalam proses migrasi dan proliferasi sel endotel vaskuler. Regulasi inflamasi dari daun lamtoro (Leucaena leucocephala) juga diduga memberikan dampak percepatan fase inflamasi sehingga tahap penyembuhan dapat segera memasuki fase proliferasi dimana angiogenesis terjadi didalamnya. Dengan adanya peningkatan pembentukan barier permeabilitas (epitelisasi), neovaskularisasi dan pembentukan kembali jaringan dermis pada jaringan yang luka (fibroplasia) maka akan fase proliferasi pada jaringan luka bakar akan berjalan efektif.
 
Simpulan dan Saran 

Simpulan 
 Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara disimpulkan bahwa ekstrak daun lamtoro (Leucena Leuchocepala l) dapat memberikan penyembuhan terhadap luka dan mempercepat proses penyembuhan luka. Hal ini terdapat hasil perbedaan yang signifikan terhadap fase penyembuhan luka. Luka yang diberi dengan ekstrak daun lamtoro akan mempercepat proses penutupan pada luka tersebut. Fase penyembuhan ini disebut juga degan fase remodeling yaitu dimana luka akan menutup dan membentuk struktur kulit yang baru.
Saran  
Berdasarkan penelitian penelitian tersebut maka disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut tentang efek ekstrak daun lamtoro terhadap proses yang terjadi dalam fase penyembuhan lain dalam perjalanan penyembuhan luka, seperti  proses epitelialisasi pada fase proliferasi dan pembentukan jaringan scar pada fase remodelling.
 
Daftar Pustaka 

Ahyana F., Achmad Bashori, I Ketut S. 2018. Efek Angiogenesis Gel Ekstak Daun Lamtoro (Leucaena Leuchocepal l) pada luka insisi tikus. Jurnal Biosains, 20 : 22-30. 

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar: 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun