Mohon tunggu...
Oktaviana Permatasari
Oktaviana Permatasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Panggil saja Sari.

Reminder: jangan nulis sesuatu yang lima tahun ke depan malu-maluin!

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Penulis Hebat Mengetahui Tiga Kunci Rahasia Ini

17 September 2021   16:14 Diperbarui: 22 September 2021   15:59 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata orang, cara terbaik dalam belajar adalah meniru. Namun, seperti apa meniru yang benar?

Maestro-maestro di dunia tidak ada yang lahir membawa gaya melukisnya masing-masing. Menurutku, tidak ada sesuatu yang murni, semua sudah hasil campur tangan banyak hal. Pelukis tidak akan handal jika tak pernah mempraktikan apa yang dilukis seniman lainnya. Sama halnya dalam menulis.

Cukup basa-basi di luar bidangnya. Kita pasti pernah mendengar hubungan menulis dengan membaca yang bagai saudara tak terpisah.

Membaca membuka mata kita ke semesta yang lebih liar dari apa yang bisa kita pandang. Iya, karena pandangan dan pikiran kita terbatas, tetapi rasa ingin tahu kita luas. Maka dari itu, di zaman yang diliputi kebebasan ini; kebebasan berekspresi; kebebasan mencari tahu; kebebasan merasakan, membacalah! Baca sampai kamu mendapat apa yang ingin kamu tahu, bahkan sampai kamu menemukan hal yang tak pernah kamu kira.

Jika sudah hinggap di tahap penuh candu itu, maka tak ada yang bisa menghentikanmu untuk menciptakan.

Menulislah. Isi pikiranmu yang tadinya tak berisi, kini sudah dibendungi ide-ide yang meronta dituangkan. Akibat dari apa? Membaca. Namun kamu hanya suka membaca gagasan orang, bukan menuangkannya dalam kata-kata.

Dari sinilah insting menirumu tiba-tiba menggedor ganas. Inspirasi bertebaran di mana-mana. Dari detail-detail melihat semut berjalan, kamu mencoba mencatatnya dalam bahasa seorang penulis yang kamu idolakan. Dari rasa sakit yang kamu dapat lantaran orang terpercaya, kamu coba tuliskan dalam bahasa puisi yang baru semalam kamu temukan.

Kamu tertegun. Apa semua ini benar? Entah mengapa ada rasa terkekang selama menjalani minat barumu ini. Kamu hanya meniru persis kalimat orang lain, dan mengganti kisahnya menjadi pengalamanmu. Yah, insting gelisahmu benar. Tak ada salahnya belajar lebih dalam dan menemukan gaya menulis sendiri sehingga keresahanmu menuangkan ide-ide tidak terkubur.

Saatnya kamu belajar menyunting. Mencari kesalahan sendiri, membenarkannya. Menganalisis cara orang lain menulis, seolah-olah kamu membaca tulisan mereka bukan sebagia pembaca, melainkan bagai penulis aslinya.

Dosen pengajarku dalam kuliah Pengantar Ilmu Penerbitan, Pak Bambang Trim, berkata, “Bagaimana jika seseorang menulis tanpa membaca? Bisa, tapi bohong.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun