Â
     Sabtu sore, tiga hari yang lalu, di chat room WA-ku masuk pesan singkat dari nomor tidak dikenal, "Assalamu'alaikum, Ustadzah, ini Nana. Mau nanya, punya baju kebayakah?". Membaca kalimat tersebut, sejenak aku berpikir, Nana siapa? Tapi dari cara dia memanggilku, pikiranku langsung tertuju pada sekolah SD IT Al Farqan Palangka Raya, tempatku mengajar sebelumnya. Di SD swasta tersebut tenaga pendidik (guru) maupun kependidikan (non guru) dipanggil Ustadz atau Ustadzah. Berhubung tidak bisa menebak siapa dia, kujawab dengan, "Wa'alaikum salam, maaf ini dengan Nana siapa? Nomornya belum saya simpan?". Nana membalasnya, "Nana anaknya Ustadzah Halimah".  Obrolan lewat chat WA pun berlanjut hingga janji ketemu di rumah untuk memilih dan mencoba kebaya-kebayaku yang tersimpan rapi di rumah.Â
      Keesokan harinya, di Minggu pagi yang ceria, Nana datang ke rumah ditemani ibunya, Ustadzah Halimah. Waktu berlalu begitu cepat, Nana kecil yang dulu sering kulihat, kini tumbuh menjadi gadis remaja yang manis parasnya dan tinggi semampai. Sejak sudah bersekolah, dan kemudian Nana memiliki adik, Nana memang jarang ikut 'main' ke sekolah tempat ibunya bekerja. Nana sibuk memilih dan mencoba mengenakan beberapa kebaya yang memang sudah kusiapkan sebelumnya. Sementara aku dan ibunya hanyut dalam obrolan santai layaknya reunian dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Padahal baru 4 bulan lebih aku meninggalkan sekolah SD karena bertugas di sekolah baru sejak awal Februari 2022 yang lalu, 2 bulan sebelum SK ASN PPPK Guru kuterima.Â
        Oh ya, sebagai informasi, baju kebayaku lumayan banyak, bukan karena setiap pergi kondangan pakai kebaya atau hobi koleksi kebaya. Kebayaku jadi banyak karena sebelum pandemi sering diminta untuk menjadi penerima/among tamu oleh sedulur Paguyuban Dulangmas Kota Palangka Raya yang hajatan menikahkan putrinya atau putranya (ngunduh mantu). Biasanya diantara para among tamu kami, aku dan suami paling muda,he...
      Kebaya seragam among tamu itu juga sangat bermanfaat buatku karena bisa kupakai untuk membersamai anak-anak kelas 1 SD saat mengikuti pawai dalam rangka peringatan Hari Kartini di sekolah. Sebagai guru terlebih guru kelas 1 SD, memotivasi dengan memberikan contoh nyata lebih efektif.Â
      Kembali ke Nana, setelah dia mantap dengan pilihannya, kutanya, "Siapa yang make-up-in?". Sejenak Nana ragu, sambil memandang ibunya, dia berucap, "Sendiri, Ustadzah". "Wah, kebaya dan kerudungnya sudah bling-bling, dan momen wisuda itu spesial, bagaimana kalau dimake-up sama langganan Ustadzah? Nana mau dan pede, nggak?", lanjutku menawarkan ide. Sekali lagi Nana memandang ibunya, seolah meminta persetuan. Aku pun langsung paham dan mengatakan, "Tenang saja, nanti Ustadzah yang bayar, anggap saja itu hadiah wisuda buat Nana". Nana pun mengangguk tanda setuju. Sebelum pulang, aku berpesan kepada Nana, jika ada temannya yang seukuran badannya dan ingin pinjam kebaya, kuminta Nana mengantarnya ke rumahku, gratis.
      Begitulah, hingga di Selasa (07/06/2022) pagi yang cerah ini, Nana pun disulap menjadi Nana yang cantik dan senyumnya tersipu malu-malu. Nana siap untuk mengikuti acara wisuda kelas IX di MTs Annur Palangka Raya. Selamat ya, Nana, semoga sukses di tahap selanjutnya. Semoga keinginanmu untuk melanjutkan sekolah di Jurusan Tata Busana SMKN 3 Kota Palangka Raya dimudahkan. Khusus hari ini, nikmati saja, ciptakan momen terindah bersama teman-temanmu.