Mohon tunggu...
AC Oktavia
AC Oktavia Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar peduli

Memberanikan diri berbagi, setelah terlalu lama hanya mengeluh dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mencintai Diri dari Rumah

12 Februari 2021   02:25 Diperbarui: 12 Februari 2021   02:32 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Semenjak remaja, aku selalu memiliki perasaan campur aduk dengan tubuhku. Aku merasa diriku tidak buruk dan aku enggan bersusah payah demi menyenangkan orang lain. Tapi di saat yang bersamaan, keadaan dan komentar terus membuatku sulit mencintai diriku sendiri. Hasilnya? Aku menjalani hidupku dengan penampilan seadanya, tak ingin menaruh usaha lebih karena satu alasan sederhana. Aku takut makin membenci diriku sendiri.

Gendut adalah masalah utamaku. Bukan bagi diriku tentu saja, aku sesungguhnya nyaman memiliki bantalan lemak yang membuatku enak dipeluk. 

Namun ini masalah yang orang lihat dari tubuhku. Hal yang paling sering dikomentari oleh orang asing, teman, hingga keluargaku. Isu yang ingin kuabaikan tapi selalu membayang di belakang benakku. Dan entah bagaimana, berbulan-bulan mengurung diri di rumah saja, justru membuatku memulai lagi perjalanan mencintai diriku sendiri.

Tentu saja, lepas dari pandangan orang banyak sangat membantu. Aku tidak perlu peduli dengan baju yang kupakai atau riasan yang seadanya. Pandemi membuatku bebas berpenampilan seperti apapun saat mengerjakan tanggung jawabku dari dalam rumah. Aku pun tak perlu pusing memikirkan baju yang terasa menyempit atau celana yang sesak di bagian pinggang, alih-alih daster lebar tanpa bentuk cukup bagiku.

Lepas dari pandangan orang juga membuatku berhenti membandingkan dan dibandingkan dengan orang lain. Meskipun terkurung dalam rumah, aku justru merasa bebas. Tak perlu lagi ambil pusing mendengar si X sekarang bertambah cantik setelah diet ataupun gundah melihat perubahan pesat yang ditampilkan oleh berbagai rekan saat aku merasa stagnan sejak 10 tahun yang lalu.

Tanpa kusangka, kebebasan ini justru menumbuhkan ketertarikanku di dunia yang kuhindari habis-habisan. Aku mulai mempelajari dan membeli produk perawatan wajah dan tubuh, bukan karena tuntutan publik, namun justru karena aku menemukan perasaan menyenangkan ketika menggunakan berbagai krim dan cairan itu. Aku mulai lebih sering melihat pantulan wajahku di kaca dan menyukai apa yang terpampang di sana.

Tiba-tiba saja, aku pun tertarik pada berbagai bentuk busana. Perlahan aku menghapuskan kebiasaan bertahun-tahun menggunakan kaos dan celana selutut untuk pergi kapanpun dan kemanapun. Sebelumnya, aku paling malas membeli baju karena lelah mencari ukuran dan bentuk yang cocok bagi tubuhku. Tak lagi bisa pergi ke mall, aku justru menemukan toko-toko daring yang menjual pakaian manis berukuran besar. Alhasil, dalam beberapa bulan aku sudah membeli lebih banyak pakaian daripada yang pernah kubeli selama 5 tahun sebelumnya.

Aku pun menyadari. Aku bukannya malas merawat diri. Aku juga bukannya tidak bisa berpisah dengan koleksi kaosku. Aku hanya merasa terkungkung dengan semua batasan dan ekspektasi. Aku hanya enggan berlari dalam pertandingan yang tidak mengizinkanku untuk menang.

Hingga kini, aku masih memiliki satu janji pada diriku sendiri. Aku tidak ingin menjadi "cantik", apapun definisinya, bagi orang lain. Aku tidak ingin mengeluarkan uangku, menghabiskan keringat air mataku, atau membiarkan perutku menahan lapar bagi hal yang menurutku semu.

Di batasi dinding-pagar rumahku, apapun yang kuputuskan dan kuperbuat tentang tubuhku, semuanya untukku. Kebebasan ini membawa kelegaan bagiku. Meskipun aku juga harus menyadari, kebebasan ini mungkin hanya sementara. Akan ada saatnya aku harus kembali menghadapi dunia dan segala kesinisannya.

Entah apa yang terjadi pada diriku nanti. Yang jelas, hari ini aku lebih menyukai diriku dari pada aku yang tahun lalu. Siapapun yang menyatakan argumen sebaliknya sangat menyedihkan karena dia tidak mampu melihatku melampaui ukuran bajuku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun