Mohon tunggu...
AC Oktavia
AC Oktavia Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar peduli

Memberanikan diri berbagi, setelah terlalu lama hanya mengeluh dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Saling Jaga Kesehatan Mental Kala Pandemi Melanda

9 April 2020   00:44 Diperbarui: 9 April 2020   23:21 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Hari ini menandai 25 hari saya harus bekerja dari rumah. Dalam kurun waktu yang sama, saya mendapat pengakuan dari beberapa teman dekat saya, bahwa mereka lelah menjalani hidup. Beberapa sekedar menyerah, beberapa sudah merujuk ke praktek menyakiti diri. Hal ini menjadi semakin menyakiti hati saya, karena saya dapat akui teman dekat saya juga tidak banyak.

Tentu saja hal ini membuat saya bertanya-tanya. Berapa banyak teman saya lainnya yang juga mengalami hal yang sama? Bagaimana kita bisa saling jaga kesehatan mental di tengah pandemi ini?

Kelima teman saya tidak serta merta merasa tertekan karena keberadaan pandemi. Secara fisik, mereka relatif sehat dan masih berusia di bawah 30 tahun sehingga resiko terkena gejala berat Corona cukup rendah. Teman-teman saya justru banyak merasa frustasi dan depresi karena upaya isolasi diri dan pembatasan ruang aktifitas.

Saya dan banyak teman saya cukup menyadari bahaya wabah ini serta pentingnya mengurangi kontak fisik dengan orang lain untuk mengurangi laju penularan virus corona. Kesadaran inilah yang akhirnya membuat kami sama-sama membatasi diri untuk keluar rumah sejauh yang dimungkinkan oleh tuntutan kerja dan belajar.

Dan setelah saya coba pikirkan dalam-dalam, mungkin beberapa hal inilah yang membuat permasalahan yang teman-teman saya hadapi "melangkah lebih jauh". Beberapa hal tersebut adalah terkungkung dalam pikiran buruk, kurangnya aktifitas pengalih perhatian, berkurangnya interaksi sosial dengan teman tempat bersandar, hingga tidak bisa lagi melakukan mekanisme coping yang biasa mereka lakukan sebelumnya.

Sebelumnya, jangan cepat-cepat menghina kami lemah, manja, dan cengeng. Teman-teman saya tetap mengerjakan kewajiban mereka semampu mereka. Dan saya rasa sama-sama peduli jauh lebih baik daripada menyesal bersama di akhir.

Karena mereka adalah orang-orang yang penting bagi saya, berikut adalah hal yang saya coba lakukan.

Reach Out

Saya mencoba untuk menghubungi mereka secara rutin tiap beberapa hari. Saya ingin memastikan bahwa mereka tidak hanya berkutat dengan pikiran buruknya sendiri. Saya mencoba memberikan pengalih perhatian dengan membicarakan hal-hal ringan ataupun hal-hal yang pernah mereka sukai. Saya rasa, membuat mereka merasa penting, diperhatikan, dan diprioritaskan adalah bagian penting dari menolong mereka melawan rasa putus asa.

Ada

Saya juga mencoba untuk ada ketika mereka mencari atau membutuhkan saya. Sekedar segera membalas pesan, menyimak baik-baik seluruh cerita, hingga sekedar.. ada. Beberapa kali juga saya mencoba mengirimkan makanan, ataupun kebutuhan lainnya, sekedar agar teman-teman saya tidak merasa beenar-benar sendirian di ranah rantau. Saya rasa penting untuk terus ada sampai mereka menyadari bahwa mereka tidak sendirian dan bisa mengandalkan saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun