Mohon tunggu...
AC Oktavia
AC Oktavia Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar peduli

Memberanikan diri berbagi, setelah terlalu lama hanya mengeluh dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sepertinya Mahasiswa Perlu Berkaca: Sebuah Refleksi Kehidupan Mahasiswa Masa Kini

5 Oktober 2019   16:00 Diperbarui: 5 Oktober 2019   19:49 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Gerakan masif dari mahasiswa untuk memberikan masukan kepada pemerintah di hari-hari terakhir ini, bagi saya menumbuhkan harapan akan masa depan Indonesia yang akan di bangun oleh generasi yang baru. Banyaknya rekan-rekan mahasiswa yang ternyata masih peduli dengan Indonesia dan rela berpeluh meninggalkan kenyamanannya untuk bergerak adalah hal yang baik menurut saya.

Meski demikian sepertinya mahasiswa juga perlu berkaca. Pengalaman saya menjadi mahasiswa maupun mengamati mahasiswa sebagai asisten praktikum membawa saya menemukan beberapa kebiasaan buruk. Kebiasaan-kebiasaan ini sepertinya perlu kita waspadai bersama karena justru berbahaya bagi Indonesia di masa kita nanti.

Kebiasaan buruk pertama yang jelas-jelas menunjukkan bibit-bibit koruptor adalah plagiarisme, atau mencontek. Tindakan ini sebenarnya sangat sering saya jumpai, baik dalam pengerjaan tugas, ujian, hingga skripsi.

Saya rasa banyak rekan-rekan mahasiswa yang familiar dengan kegiatan mencari laporan praktikum milik kakak tingkat untuk dijadikan acuan, membagikan tugas yang dikerjakan teman-teman rajin untuk di'lihat formatnya', atau sekedar copy-paste hasil-hasil referensi tanpa melakukan parafrase. Mungkin beberapa rekan memang belum benar-benar memahami tindakan-tindakan mereka juga tergolong sebagai plagiarisme, namun saya rasa sebagian lainnya melakukan kegiatan ini karena kemudahannya saja.

Mencontek saat ujian saya rasa juga bukan hal baru di kalangan mahasiswa, atau paling tidak mahasiswa yang saya temui. Dalam kelas kita masing-masing pasti sudah terlihat klasifikasi 'geng nyontek', 'anak pinter murah hati', dan 'anak pelit'. Jika pengawas lengah sedikit saja, berbagai macam cara dan metode, dari tingkat halus bagai hantu hingga terang-terangan kurang ajar, berbagi jawaban ujian ini pasti terjadi.

Bahkan saya pun melihat beberapa rekan saya masih melanjutkan praktek ini hingga saat pengerjaan skripsi mereka masing-masing. Beberapa sekedar 'merujuk' metode penelitian yang dilakukan kakak tingkatnya, namun beberapa yang lain hingga menggunakan joki ataupun 'minta tolong' rekan lain mengerjakan pengolahan data, copy-paste latar belakang penelitian serupa, hingga tidak mencantumkan referensinya dengan baik dan benar.

Selain masalah mencontek, kegiatan titip absen pun sepertinya bukan hal yang aneh lagi di kalangan mahasiswa. Tidak ingin absensinya kosong dan terancam mengulang, praktek ini banyak dilakukan apalagi diantara 'teman-teman dekat'. Alasan yang digunakan pun bermacam-macam meskipun menurut saya seluruhnya omong kosong.

Sifat apatis dan egois juga tampaknya semakin terlihat nyata di setiap angkatan mahasiswa yang baru. Banyak organisasi, terlebih di kampus saya, menderita masalah regenerasi karena tidak banyak lagi mahasiswa yang mau susah dan diribetkan berbagai masalah 'lain-lain'. Tendensi 'senang bareng, susah sendiri' juga tampaknya semakin marak terjadi di kalangan mahasiswa.

Sedihnya hal ini tidak hanya terjadi di kegiatan ekstrakurikuler, tetapi juga di kegiatan intrakurikuler. Tampaknya selalu saja ada orang-orang yang mengerjakan porsi besar dari tugas kelompok diberikan, hanya karena teman-teman sekelompoknya menghilang, susah dihubungi, dan tidak bisa diandalkan. Saya yakin rekan-rekan mahasiswa di kelasnya masing-masing juga mampu mengidentifikasi mana anak-anak rajin rebutan semua orang, dan anak-anak gabut yang tidak pernah berkontribusi.

Rekan-rekan mahasiswa, bukankah semua hal ini berbahaya jika terus kita biarkan? Bukankah hal-hal ini yang kemarin kita kritisi dari DPR dan pemerintah? Tingkat korupsi tinggi, pemalas dan tukang titip absen serta apatisme terhadap masyarakat? Apakah generasi kita juga akan tumbuh menjadi generasi pemerintah dan DPR saat ini juga?

Teman-teman, masa depan Indonesia ada di tangan kita. Jika kita tidak belajar setia dalam masalah-masalah kecil, bagaimana nanti kita mengerjakan hal-hal besar yang menjadi tanggung jawab kita kelak? Marilah belajar hidup jujur, berani mengambil tanggung jawab, berani menanggung konsekuensi atas tindakan kita, dan peduli. Kapan lagi kita mau belajar berubah kalau tidak dari sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun