Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Amuntai, Kota Kecil Berjuta Cerita

16 April 2018   01:54 Diperbarui: 16 April 2018   02:04 1528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: kalsel.prokal.co

Amuntai adalah kota dimana aku dilahirkan, sebuah kota kecil yang mempunyai berjuta cerita. Kota ini berada di kabupaten Hulu Sungai Utara, provinsi Kalimantan Selatan. Amuntai terkenal dengan Candi Agungnya yang sering dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah, yaitu kerajaan Negara Dipa. Menurut Hikayat Banjar, Negara Dipa merupakan sebuah negeri yang didirikan Ampu Jatmika yang berasal dari Keling (Coromandel).

Menurut Paul Michel Munos dalam Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Senanjung Malaysia, hal 401 dan 435, Empu Jamatka (maksudnya Ampu Jatmika) mendirikan pada tahun 1387, dia berasal dari Majapahit. Diduga Ampu Jatmika menjabat sebagai Sakai di Negara Dipa (situs Candi Laras)(Margasari).

Ampu Jatmika bukanlah keturunan bangsawan dan juga bukan keturunan raja-raja Kuripan, tetapi kemudian dia berhasil menggantikan kedudukan raja Kuripan sebagai penguasa Kerajaan Kuripan yang wilayahnya lebih luas tersebut, tetapi walau demikian Ampu Jatmika tidak menyebut dirinya sebagai raja, tetapi hanya sebagai Penjabat Raja (pemangku). Penggantinya Lambung Mangkurat (Lembu Mangkurat) setelah bertapa di sungai berhasil memperoleh Putri Junjung Buih yang kemudian dijadikan Raja Putri di Negara Dipa.

Raja Putri ini sengaja dipersiapkan sebagai jodoh bagi seorang Pangeran yang sengaja dijemput dari Majapahit yaitu, Raden Putra yang kelak bergelar Pangeran Suryanata I. Keturunan Lambung Mangkurat dan keturunan mereka berdua inilah yang kelak sebagai raja-raja di Negara Dipa.

Menurut Tutur Candi, Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan yang lebih dulu berdiri sebelum Kerajaan Negara Dipa. Karena raja Kerajaan Kahuripan menyayangi Empu Jatmika sebagai anaknya sendiri maka setelah dia tua dan mangkat kemudian seluruh wilayah kerajaannya (Kahuripan) dinamakan sebagai Kerajaan Negara Dipa, yaitu nama daerah yang didiami oleh Empu Jatmika. (Fudiat Suryadikara, Geografi Dialek Bahasa Banjar Hulu, Depdikbud, 1984)

Kerajaan Negara Dipa semula beribukota di Candi Laras (Distrik Margasari) dekat hilir sungai Bahan tepatnya pada suatu anak sungai Bahan, kemudian ibukotanya pindah ke hulu sungai Bahan yaitu Candi Agung (Amuntai), kemudian Ampu Jatmika menggantikan kedudukan Raja Kuripan (negeri yang lebih tua) yang mangkat tanpa memiliki keturunan, sehingga nama Kerajaan Kuripan berubah menjadi Kerajaan Negara Dipa. 

Ibukota waktu itu berada di Candi Agung yang terletak di sekitar hulu sungai Bahan (sungai Negara) yang bercabang menjadi sungai Tabalong dan sungai Balangan dan sekitar sungai Pamintangan (sungai kecil anak sungai Negara). Kerajaan ini dikenal sebagai penghasil intan pada zamannya.

Candi Agung tidak hanya memiliki keunikan dalam cerita kerajaannya, tetapi peninggalan-peninggalan dari kerajaan Negara Dipa pun memiliki keunikan tersendiri sehingga banyak sekali didatangi oleh wisatawan dari berbagai daerah.

Selain terkenal dengan sejarah peninggalan zaman dulu, Amuntai juga terkenal dengan wisata kulinernya, dengan ikon itik (bebek) alabio, terkenal dengan itik panggang, itik goreng, dan dendeng itik yang mengguggah selera bagi siapa saja yang melihat dan mencium aroma masakannya.

Kuliner di Amuntai juga didukung dengan masyarakatnya yang memang doyan makan di warung. Sehingga, warung-warung makanan tumbuh subur dan menjamur tanpa kehilangan pembeli.

Selain itu, Amuntai juga terkenal dengan 'cake market' alias pasar pasar kue atau wadai. Segala macam jajanan berupa kue tradisional ada di pasar Amuntai. Mulai dari cucur, apam, bingka, sampai tapai. Bahkan ada makanan berupa alua (manisan) pepaya dan 'kundur' (sejenis labu putih). Alua ini bisa disimpan berbulan-bulan, biasanya ramai dipesan bila tiba musim pernikahan karena alua ini dapat diolah menjadi berbagai bentuk dan diletakkan berdampingan dengan kue pengantin.  Amuntai juga terkenal dengan gula-gula yang berbentuk kapal layar, itik dengan anak-anaknya, bunga, dan bentuk lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun