Mohon tunggu...
Okky Putri Rahayu
Okky Putri Rahayu Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ngeblog saat senggang

Pernah belajar mencampur larutan kimia, kini lebih suka mencampur kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Tren Kurban Online di Tengah Pandemi

28 Juli 2020   16:09 Diperbarui: 28 Juli 2020   16:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setiap tahun, ada dua hari raya besar umat Islam. Idul fitri dan idul Adha. Dan yang mau tiba sebentar lagi, adalah idul adha. Hari raya haji ini juga sering ditandai dengan ibadah berkurban. Itu lho, mengurbakan hewan untuk disembelih dan dagingnya dibagikan.

Setahun sekali, umat Islam memang diingatkan lagi soal cara menakar ketaqwaan dengan berkurban tadi. Sejarahnya bermula saat Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih Nabi Ismail, putranya sendiri. 

Namun, keimanan dan ketaqwaan Nabi Ibrahim memang tak perlu diragukan. Begitu juga dengan Ismail yang rela disembelih demi memenuhi perintah Allah. Akhirnya, Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Sejak saat itu, ibadah kurban mulai dijalankan. 

Meskipun tidak hal yang wajib, tapi berkurban ini juga mengajarkan banyak makna. Salah satunya meningkatkan keimanan pada Allah, sebab kurban ini adalah implementasi ketaatan kita pada perintah Allah tanpa bertanya kenapa. Ya cukup dijalankan saja karena Allah yang memerintahkan. Sama seperti Nabi Ibrahim kala itu. 

Sebetulnya, iman memang seputar itu. Bagaimana kita bisa yakin dan percaya, tidak hanya lewat lisan tapi juga dibuktikan dengan perbuataan. Kurban ini adalah salah satu perwujudannya.

Tapi kan belum kaya, masa berkurban? Iya, harga hewan kurban memang bukan 50 ribu seperti harga ayam. Kambing saja paling tidak 1,6 juta. Itu pun mungkin cukup kurus dan tidak berat. Apalagi sapi. Namun, kurban itu kan datangnya pasti, setahun sekali. Kita punya waktu satu tahun untuk mempersiapkan diri. 

Menabung misalnya. Saya sering baca cerita soal pemulung berkurban, anak kecil berkurban, tukang sampah berkurban. Mereka menabung dua ribu, tiga ribu, lima ribu, hingga bertahun-tahun untuk membeli hewan kurban. Artinya apa? Kurban memang tidak menunggu kaya. Hanya menunggu niat dan keimanan saja. Cukup. 

Tahun ini juga, perayaan kurban tidak sepeprti sebelumnya. Pandemi ini masih belum usai juga. Bahkan angkanya sudah tembus seratus ribu kasus. Bukan hal yang bisa diremehkan. Ini gawat. Ini darurat. Tapi sekali lagi, kurban memang soal niat. 

Tak heran tren kurban online mulai menunjukkan kenaikan. Mulai rame karena pasar hewan memang sudah banyak yang tutup sejak awal pandemi. Tradisi jualan hewan di tempat umum juga sudah tidak leluasa seperti dulu. Semuanya demi meminimalkan interaksi antar manusia dalam transaksi jual beli hewan kurban.

Ini sebuah langkah antisipasi yang baik. Dengan adanya teknologi memang harusnya hidup manusia jadi dimudahkan. Beli sayur, pakai aplikasi. Beli makan pakai apliasi. Beli baju lewat aplikasi. Nah, sekarang bisa dong beli hewan kurban lewat aplikasi. 

Banyak marketplace ramai-ramai menawarkan jasa kurban ini. Tapi, ada satu marketplace yang tidak hanya menyalurkan uang kita buat dibelikan hewan, tapi ini beneran marketplace yang memudahkan kita milih hewan sendiri. Persis milih baju di online shop.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun