Mohon tunggu...
BloggerViral
BloggerViral Mohon Tunggu... Administrasi - Blogging

Menulis semua yang menarik dan bermanfaat untuk dibagikan ke hal layak banyak, dan semoga satu atau dua kontent kami bisa membantu temen-temen semua dalam hal apapun.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Strategi Komunikasi Memasyarakatkan Budaya Pangkur Jenggleng

22 Februari 2014   11:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:35 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_324002" align="aligncenter" width="470" caption="Sumber gambar Windiarto Kardono"][/caption]

Malam ini penulis mendapat kesempatan menyakisakan langsung acara Panggung Pangkur Jenggleng di daerah Kulon Progo 22/02/2014, mengingat acara ini merupakan salah satu kesenian khas jawa maka penulis mencoba memaparkan sedikit epilog/catatan kecil melui tulisan ini  tentang beberapa hal acara dari acara ini. Penulis mencoba menyajikan tulisan kecil menyorot tentang salah satu penulis anggap budaya jawa yakni Padepokan Ayom Ayem Pangkur Jenggleng ini.

Indonesia yang memiliki 34 provinsi dengan corak buadaya yang berbeda, sedangkan Budaya Jawa memiliki sub wilayah dengan corak yang beragam. Menurut (Sutarto, 2004) ada tujuh wilayah kebudayaan, diantaranya Jawa Mataraman, Jawa Panaragan, Jawa Arek, Jawa Tengger, Jawa Pandalungan, Jawa Samin, dan Jawa Osing. Ketujuh wilayah tersebut tentu memiliki keunikan tersendiri, corak budaya yang berbeda, dan kearifan lokal yang akan membangun masyarakat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Menurut Maran (2000:4) penyesuaian yang dilakukan pada desain kehidupan akan menyebabkan perubahan terhadap budaya. Salah satu perubahan budaya pada pokoknya bersumber dari penemuan dan gempuran globalisasi. Pergeseran waktu ke waktu memiliki dampak plus minus dalam setiap aspek sudut pandang sesuatu, khususnya penulis mencoba mengkaji disini tentang budaya yang kian hari semakin luntur. meksi penulis bukan orang jawa asli tapi kesukaan dan kecintaan akan budaya tanah air ini mengundang penulis untuk mengkaji tentang bentuk strategi komunikasi memasyarakan budaya pendekatan-pendekatan acara budaya lokal, program Pangkur Jenggleng ini yang informasi penulis peroleh acara ini berkerja sama dengan salah satu TVRI jogja dan di dukung penuh oleh HRC(hanfi rais center). Program-progam semacam ini hemat penulis merupakan salah satu titik bentuk komunikasi masyarakat dengan budaya, agar mampu menyeimbangi dampak minus dari kemajuan teknologi yang menggeser pelan-pelan pola pikir kita tentang kecintaan dan mengenal budaya sendiri. [caption id="attachment_324003" align="aligncenter" width="470" caption="Sumber gambar Windiarto Kardono"][/caption] Hemat penulis melihat dari tingkat respon warga acara ini mampu menyajikan kontent budaya lokal yang mampu menjawab komponen bentuk strategi komunikasi yang  informatif , persuasif, edukatif, koersif. Masyarakat mampu menyerap sajian dan hiburan yang sesuai dengan arah cerita dan skenario para pemain Panggung jenggleng. Harapan penulis ialah acara ini mampu mengemong dan menjempatani masyarakat membuka pemikiran-pemikiran masyarakat agar lebih luwes akan budaya yang kita miliki. Dan terakhir penulis ingin mengungkapkan kesan secara pribadi bahwa keterlibatan sponsor merupakan faktor X/penting keberlangsungan acara ini merupakan  bentuk investasi positif kepada masyarakat luas,  dan tanggungjawab bersama menjaga kelestarian budaya Jawa Mataraman yang kian  terpinggirkan agar eksistensinya tetap melekat pada masyarakat luas khususnya masyarkat Yogyakarta. Referensi : - Strategi Komunikasi Acara Pangkur Jenggleng Di TVR Stasiun  D.I. Yogyakarta dalam melestarikan eksistensi Budaya Jawa Mataram - Hanif Adi Prasetyo Surokim , Yuliana Rakhmawati - Koentjaraningrat. 1990. Kebudayaan Jawa, Jakarta: Gramedia

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun