Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Gerakan Literasi Sekolah dan Taman Baca Masyarakat, Jalan Lain Menuju Indonesia Bebas Buta Aksara

3 Februari 2023   11:46 Diperbarui: 4 Februari 2023   10:00 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak-Anak SD sedang membaca. Kompas.com

Menekan angka buta aksara tetapi tidak mendongkrak minat baca tidak memiliki arti apa apa..

Satu hal yang paling utama adalah bukan berbicara tentang pemberantasan buta huruf, tetapi bagaimana menaikan level literasi bangsa.

Salah satu upaya membiasakan gerakan literasi ini adalah dengan adanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi sekolah ini sebenarnya sudah menjadi gerakan nasional  sejak 2015, tapi benarkah semua sekolah secara konsekuen dan rutin membuat itu, perlu ada survei lebih lanjut.

Kita harus mengakui bahwa GLS merupakan tonggak baru upaya pemerintah dalam meningkatkan budaya baca di lingkungan sekolah.

GLS merupakan sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.

Gerakan literasi di sekolah-sekolah yang mengambil waktu 10 menit hingga 15 menit di waktu jam pertama selain dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan menyimak, menulis, membaca, dan berbicara tetapi merupakan sebuah stimulan bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan literasinya secara baik.

Ada 3 tahapan dalam GLS. Tahap pertama tahap pembiasaan. Siswa dibiasakan untuk membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai atau 15 menit menjelang pelajaran berakhir. Pada tahap pertam, siswa didorong untuk membiasakan diri membaca. Pembiasaan ini bila dilakukan secata rutin maka diharapkan akan tercipta otomatisasi sehingga jika tidak membaca siswa akan merasa seperti ada sesuatu yang kurang.

Tahap kedua, siswa didorong untuk menunjukkan keterlibatan pikiran dan emosinya dalam proses membaca. Inilah yang dinamakan proses internalisasi bahan bacaan. Pada tahap ini, membaca bukan hanya sebagai sebuah kegiatan asal-asalan tetapi lebih mengarah kepada pembatinan bahan bacaan agar bisa memberi dampak kepada cara berpikir, bertindak dan bertingkah laku.

Tahap ketiga, literasi sebagai bagian dari pembelajaran yang dilakukan untuk mendukung pelaksanaan kurikulum sekolah. Tahap ini sudah melibatkan proses belajar untuk menyukseskan kurikulum.

Meski demikian GLS harus dipahami sebagai sebuah gerakan yang bersifat stimulatif. Sebab pendidikan formal hanya berlangsung dalam waktu yang terbatas. Sedangkan pendidikan sesungguhnya itu berlangsung sepanjang hayat.

Dengan gerakan literasi sekolah, minat baca tulis siswa akan terus terbawa dan menjadi kebiasaan yang membudaya. Harapannya budaya literasi yang telah terbangun membuat proses belajar itu tidak serta merta terhenti setelah selesai pendidikan formal tetapi berlangsung secara kontinu dalam segala aspek kehidupan hingga akhir hayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun