Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anies Memilih Ahok Menjadi Cawapresnya, Mengapa Tidak?

7 Oktober 2022   02:30 Diperbarui: 7 Oktober 2022   02:34 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan bersama Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok. Sumber: okezone.com

Anies dipasangkan dengan Ahok adalah hal yang tidak mungkin. Kira-kira itulah bantahan mati-matian Irma Suryani Chaniago terhadap Rocky Gerung (RG) di salah satu acara ILC yang mengangkat tema tentang Anies Baswedan kerap menjadi bahan bully pada 14 Agustus 2019 silam.

Ketika itu pengandaian RG tentang memasangkan Anies dan Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok mendapat tantangan yang sangat keras dari Irma Suryani Chaniago.

Bagi Irma kala itu, adalah sebuah hal yang muskil memasangkan Anies dengan Ahok. Anies ada di seberang sana dan berseberangan dengan NasDem. Dengan kata lain, Anies dan Ahok berada di dua kutub yang berbeda, mana mungkin keduanya dapat dipasangkan.

Pada saat itu, bila memakai skala benci dari 0 sampai 100, maka Irma berada pada angka 80 untuk rasa bencinya terhadap Anies. 

Tetapi rasa benci itu telah berbalik 180 derajad. Kini Anies telah menjadi Capres dari partai NasDem, partainya Irma. Sebagai salah loyalis NasDem mau tidak mau, ia mesti belajar untuk mencintai Anies. Termasuk pula, akan menerima bila pada akhirnya Anies memilih Ahok menjadi wakilnya nanti.

Meski demikian, tentu untuk sampai ke tahap itu dibutuhkan berbagai kalkulasi politik yang matang.

Akan tetapi dari keputusan NasDem memilih Anies menjadi Capresnya, kita belajar satu hal bahwa politik itu memang dinamis. Apa yang dikatakan hari ini belum tentu seperti itu di kemudian hari. Hari ini bilang benci, esok bisa saja akan berubah menjadi cinta.

Bila sudah demikian, apakah kita juga tidak bisa percaya apabila nanti Anies akan mengambil Ahok menjadi cawapresnya? 

Biarkan waktu yang akan membuktikannya. Dinamisnya politik akan menjungkirbalikkan semua prediksi dan membuat segala hal yang sebelumnya kelihatan tidak mungkin akan menjadi mungkin.

Keputusan NasDem mengusung Anies sebagai Capres saja kelihatan adalah hal yang tidak mungkin pada awalnya, setidak-tidak di tahun 2019 dan 2020-an. Secara kasat mata, NasDem adalah partainya pemerintah dan Anies ada di seberangnya, mana mungkin bisa dipinang. Tetapi itulah politik. Hari ini mencaci, esok memuja dan memuji. 

Dan memang keputusan Surya Paloh tersebut telah menimbulkan prahara bagi pertai ini. Prahara tersebut sudah kelihatan dengan mundurnya kader-kader partai yang sudah tidak lagi senafas dan sejalan dengan NasDem.

Banyak kader partai itu memilih mengundurkan diri.
Sebab menurut mereka, prinsip hidup berada di atas segalanya. Lebih baik pergi dari pada terus bertahan tapi hanya memendam kecewa dan menimbulkan polemik di dalam partai. 

Ketika kebijakan partai tidak lagi sesuai dengan prinsip hidup dan hati nurani maka mereka memilih untuk mengundurkan diri.

Satu hal menarik pada pengumuman pada Senin (3/10/2022) itu saat sesi tanya jawab dengan wartawan media cetak dan televisi. Ketika salah satu wartawan bertanya tentang cawapres, Paloh menegaskan bahwa untuk urusan tersebut diserahkan seutuhnya kepada Anies.

Nah, pada titik inilah pengandaian RG bisa saja menjadi kenyataan. Andaikata Anies Baswedan nantinya memilih Ahok menjadi wakilnya, maka semua yang berteriak-teriak tentang kemuskilan itu akan bungkam Anies akan membuat mereka menjilat ludah sendiri.

Sekali lagi politik itu dinamis dan penuh intrik. Segala sesuatu bisa saja terjadi. Dan memang benar kata pepatah, dalam politik tidak ada musuh atau teman abadi. Yang ada hanyalah kepentingan. 

Pemilu 2024 memang masih jauh. Puzzle besar tentang siapa presiden di 2024 pun masih menjadi misteri. Anies Baswedan hanyalah calon presiden dari partai NasDem. 

Dan NasDem hanya memiliki 10,26% kursi di DPR. Karena itu NasDem memerlukan koalisi agar pencalonan Anies bisa sah sesuai dengan ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) yang dipersyaratkan oleh UU Nomor 7 tahun 2017 pasal 222 yaitu 20 % kursi di DPR atau sekurang-kurangnya memperoleh suara sah 25% dari total suara sah secara nasional pada pemilihan DPR sebelumnya.

Kita akan menunggu manuver apa yang akan dimainkan oleh NasDem dan Anies Baswedan.

Untuk Anies sendiri, masa jabatan Gubernur baru akan berakhir pada 16 Oktober 2022 ini. Apakah setelah menjadi orang bebas Anies langsung tancap gas bersama NasDem, kita akan lihat.

Semoga pengandaian RG tidak menjadi kenyataan. Jika benar terjadi, maka orang yang paling terdampak adalah Irma Suryani Chaniago. Sebab pada ILC waktu itu yang paling ngotot menyerang Anies adalah dia.

Anies memilih Ahok jadi calon wakil presiden, mengapa tidak?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun