Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Catatan Kritis bagi Relawan Politik

7 Agustus 2022   14:04 Diperbarui: 15 Agustus 2022   11:00 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah bendera partai politik peserta Pemilu 2019 (KOMPAS/KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA) 

Fenomena ini oleh sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang sehat bagi alam demokrasi kita karena relawan politik dapat memainkan perannya sebagai kritik publik atas hegemoni partai politik.

Jadi sekarang partai politik tidak seenaknya menentukan calon bagi mereka, entah calon presiden dan wakil presiden atau pun calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah. Mereka harus mendengar suara dari bawah.

Ilustrasi relawan politik. Okezone.com
Ilustrasi relawan politik. Okezone.com

Justru di ranah itulah, relawan politik memainkan peranannya. Kehadiran mereka tidak saja menghancurkan hegemoni partai politik tetapi juga sebagai alat untuk memberikan pemahaman dan pendidikan politik bagi para pemilih untuk memilih para pemimpin yang benar-benar merakyat.

Memang harus diakui hingga saat ini partai politiklah yang menjadi satu-satunya pintu masuk bagi siapa pun yang mau menjadi calon presiden atau wakil presiden, calon kepala daerah atau wakil kepala daerah termasuk calon DPR baik di tingkat pusat maupun daerah.

Akan tetapi, partai politik tidak lagi menjadi sutradara tunggal. Coba saja partai politik memaksakan arogansi politiknya tanpa mendengar suara dari bawah (relawan politik), maka sudah pasti mereka akan ditinggalkan para pemilihnya.

Peran mereka justru mendongkrak suara pemilih untuk calon dan tentunya menguntungkan partai politik. Partai politik harus menjadikan mereka sebagai mitra strategis dalam politik.

Sebab setidaknya itulah kenyataan yang telah menghantar Presiden Jokowi dua periode secara berturut-turut menjadi pemenang dalam kontestasi demokrasi 5 tahunan ini.

Bedanya relawan politik di pemilu 2014 dan 2019 tersebut murni lahir dari arus bawah masyarakat, bukan sengaja dibentuk oleh partai politik untuk menunjukkan seolah-olah individu yang diusung benar-benar dikehendaki oleh rakyat.

Kelompok relawan ini menjadi kuat karena disokong oleh tiga elemen penting, yaitu pertama para mantan aktivis 1990-an yang pro pergerakan demokrasi melawan Soeharto. Kedua, para aktivis dari berbagai NGO yang bergerak bersama dalam gerakan anti korupsi. Kelompok ketiga adalah mereka yang secara relatif tidak mempunyai pengalaman dalam politik.

Dibandingkan dengan kelompok pertama dan kedua, kelompok ketiga ini sangat awam dalam politik dan memiliki pengetahuan yang minim tentang politik. Mereka inilah yang benar-benar menginginkan sebuah perubahan nyata dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun