Mohon tunggu...
Okto Klau
Okto Klau Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis lepas

Menulis adalah mengabadikan pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Nomen est Omen, Polemik Nama "Nusantara" Ibu Kota Negara

21 Januari 2022   09:41 Diperbarui: 22 Januari 2022   17:45 1899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain final istana negara IKN Baru.(sumber: Instagram/Nyoman_Nuarta via kompas.com)

Nusantara terdiri dua kata yaitu, "Nusa" yang  berarti pulau, sedangkan "antara" berarti luar atau seberang. Karena itu Nusantara sendiri sebenarnya adalah nama untuk pulau-pulau yang ada di luar pulau Jawa. 

Nusantara dipakai untuk membedakannya dengan dvipantara (dvip = Jawa). Nama Nusantara sempat tenggelam ketika Majaphit runtuh. 

Kemudian pada zaman kemerdekaan Indonesia, kata ini dihidupkan kembali oleh Kihajar Dewantara sebagai salah satu nama alternatif untuk negara yang merdeka setelah kekuasaan Hindia-Belanda. 

Akan tetapi secara politis Nusantara tidak hanya merujuk pada pulau-pulau di Indonesia tetapi juga meliputi semenanjung Malaya.

Sementara itu nama Nusantara yang popular saat ini, digunakan untuk menggambarkan kesatuan geografi-antropologi kepulauan yang terletak di antara benua Asia dan Australia. Untuk bangsa kita sendiri, nama ini merupakan sinonim untuk menjelaskan makna kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.    

Lalu pertanyaan yang muncul, apakah nama Nusantara sudah tepat untuk calon ibu kota negara yang terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur ini?

Pro dan kontra tentu saja ada. Semua yang pro tentu berargumen bahwa nama ini punya nilai sejarah yang tinggi. Barangkali selain nilai historisitas ini, ada juga maksud lain di balik pemberian nama ini. 

Mungkin saja pemilihan nama ini sebagai upaya untuk merangkum menjadi satu nama semua gugus pulau dan kepulauan di Indonesia dalam ibu kota negara yang baru. Mungkin juga untuk menunjukan bahwa IKN baru adalah miniatur dari Nusantara yang sebenarnya.

Sedangkan yang kontra mengatakan bahwa nama Nusantara sangatlah Jawasentris karena melukiskan bahwa pulau-pulau di luar Jawa harus mengarahkan pandangannya ke Jawa sebagai pusat Indonesia. Jadi meskipun ibu kota negara ada di Kalimantan tetgapi tetap saja arah pandangan harus selalu ke Jawa. 

Sejarawan JJ Rizal berpendapat bahwa nama tersebut tidak mempresentasikan upaya pemerintah untuk mewujudkan pembangunan yang merata di seluruh wilayah Indonesia sebagaimana didengung-dengungkan selama ini. 

Ini bertolak belakang dengan konsep pemindahan IKN yang bertujuan untuk menghilangkan kesenjangan antara pulau Jawa dan pulau-pulau lain di luar pulau Jawa. JJ Rizal berpandangan bahwa nama Nusantara juga mewakili arogansi dan dominasi pemikiran para elit keraton Jawa gaya baru 2022.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun