Mohon tunggu...
Ahmad Fauzi
Ahmad Fauzi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sepak Bola, Jurnalis, dan Mafia

6 April 2019   08:38 Diperbarui: 6 April 2019   18:02 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sepak bola dan investigasi. (sumber: pixabay)

Sampai pada saat ini para penikmat sepakbola masih menanti kabar terbaru dari perkembangan pengaturan skor di sepakbola tanah air. Kasus bermula dari pengakuan beberapa pemilik klub di Liga 2 dan Liga 3 yang merasa dirugikan oleh keputusan-keputusan yang diambil oleh pengadil di atas lapangan. 

Ditambah lagi dengan pernyataan salah satu mantan pemain sepakbola nasional - Rochi Putiray - yang mengatakan bahwa juara Liga sudah dintentukan sebelum Liga bergulir. Kemudian barulah kasus ini menjadi perhatian utama seluruh masyarakat di Indonesia pada umumnya dan pecinta sepakbola pada khususnya. 

Bahwa sepakbola yang sangat digemari oleh penduduk negeri ini sudah dicampuri oleh kepentingan-kepentingan beberapa pihak untuk mengambil keuntungan, tidak ada lagi kejujuran dalam mengelolanya.

Tayangan "Mata Najwa" yang menjadikan Najwa Shihab sebagai pembawa acaranya menjadi salah satu tayangan televisi yang konsern terhadap isu pengaturan skor. Sudah ada "4 Jilid" episode liputan yang terkait kasus ini. Mulai dari sekedar isu, sampai dibetuknya Satgas Anti Mafia Bola oleh Kapolri. 

Dan sampai pada saat ini sudah banyak nama-nama di dalam organisasi PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) yang menjadi tersangka dalam kasus tersebut. Terungkapnya kasus ini juga pada akhirnya membuat Edy Rahmayadi mengambil keputusan untuk mundur menjadi Ketua Umum PSSI. 

Sementara itu, Joko Driyono yang telah lama menjadi pejabat tinggi di PSSI, kini dirinya harus rela mendekam di balik penjara lantaran dijadikan sebagai tersangka atas pengrusakan/penghilangan alat bukti dari kasus yang sedang diselidiki ini. Perlu diingat, Joko Driyono terakhir menjabat sebagai PLT Ketua Umum PSSI.

Khalayak luas dan pada khususnya pecinta sepakbola tanah air tentunya harus mengapresiasi tayangan "Mata Najwa" dan insan pers lainnya yang telah kerja keras untuk terus mencari fakta-fakta baru terkait kasus pengaturan skor. Tentunya produk jurnalistik yang dihasilkan dari "Mata Najwa" bukanlah produk jurnalistik biasa, dan hasil akhirnya pun tak bisa diraih dalam waktu yang singkat.

Mengenal Jurnalisme Investigasi

Mengutip dari "Jurnalistik Investigasi dan Mengungkap Korupsi Melalui Media", penulis Harmonis menyampaikan bahwa istilah investigasi muncul pertama kali dari Nellie Bly sewaktu menjadi reporter di Pittsburgh Dispatch pada tahun 1890. Waktu itu Nellie Bly mengembangkan secara serial bagaimana kehidupan orang kelas bawah dalam kenyataan sehari-hari. Dan sampai menyamar menjadi pekerja pabrik untuk menyelidiki kehidupan kelas bawah.

Lalu apakah yang disebut dengan Jurnalisme Investigasi itu sendiri? Dalam " The Investigative Journalism Manual", yang diterjemahkan oleh Ida Rosdalina dan Sandra Cattelya, dijelaskan bahwa jurnalisme investigasi adalah sebentuk peliputan berita  di mana para wartawan menelisik secara mendalam informasi atau peristiwa yang mungkin membongkar korupsi, menelaah kebijakan-kebijakan pemerintah atau perusahaan-perusahaan swasta, atau menyingkap tren ekonomi, politik dan budaya. 

Seorang wartawan investigasi, atau tim investigasi, dapat menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bertahun-bertahun hanya untuk menyelidiki satu topik. Praktik ini bertujuan mengungkap persoalan publik yang sengaja ataupun tidak sengaja ditutup-tutupi.

Jurnalisme investigasi menuntut wartawan untuk menggali sedalam mungkin isu atau topik yang berkaitan dengan kepentingan publik. Kepentingan Publik mengacu kepada kualitas di mana sebuah komunitas dirugikan karena tidak mengetahui informasi tersebut.

Peliputan investigasi berbeda dengan kegiatan jurnalisme pada umumnya. Dalam "Peliputan Investigasi, Profesionalisme Wartawan Investigasi dan Interplay Antara Struktur dan Agency (Studi Kasus Dalam Praktiknya di Majalah Tempo)", yang ditulis oleh Johny Herfan, kisah-kisah peliputan investigasi juga memiliki perbedaan dengan pola kisah jenis pemberitaan yang lain. 

Liputan investigasi bukan lagi hanya berdasarkan agenda pemberitaan yang terjadwal di ruang redaksi, melainkan peliputan yang juga tidak lagi dibatasi oleh tekanan-tekanan waktu atau tenggat. Wartawan investigasi memaparkan kebenaran yang ditemukan, lalu melaporkan adanya kesalahan-kesalahan, kemudian menyentuh serta mengafeksi publik terhadap persoalan yang dikemukakan.

Lebih lanjut masih dalam penjelasan jurnal yang sama, wartawan investigasi berusaha mendapatkan data dari kebenaran yang tidak jelas, samar atau tidak pasti. Topik-topik investigasi dilakukan dengan mengukur moralitas benar atau salah, dengan pembuktian tak memihak yang di dapat melalui riset. Bukan sekedar menolak kesepakatan, melainkan menyatakan sesuatu yang terjadi sesuai dengan moral.

Selanjutnya Johny Herfan dalam jurnalnya menjelaskan, tujuan peliputan invrstigasi untuk memberitahu kepada publik adanya pihak-pihak yang berbohong dan menutup-nutupi kebenaran. Publik diharapkan waspada terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan berbagai pihak.

Yang perlu diingat, jurnalis menginvestigasi sebuah masalah bukan untuk membuktikan suatu kesalahan tapi sekedar memberi kesaksian. Liputan investigasi lebih dari sekedar untuk menemukan jawaban atas pertanyaan. Liputan investigasi mengungkapkan arti dibalik sebuah masalah atau peristiwa dan menemukan pola dalam peristiwa, tindakan atau bukti-bukti yang ditemukan. 

Dengan demikian, berita investigasi menjelaskan konteks dan seluk beluk sebuah isu, bukan sekedar menudingkan telunjuk kepada tersangka. Liputan dengan tingkat kedalaman yang demikian dapat meminimalkan kekhawatiran tentang objektivitas jurnalis.

Kembali dalam "The Investigative Journalism Manual", liputan investigasi yang disebut juga sebagai " the journalism of outrage", atau jurnalisme yang memicu kemarahan publik dan pengambil kebijakan tidak berusaha menghasilkan laporan yang berimbang secara artifisial, sebaliknya praktik ini lebih peduli pada keyakinan bahwa tidak ada kesalahan pada berita yang disajikan. Jangan sampai ada keraguan bahwa "kita mungkin salah" atau "interpretasi kita yang mungkin keliru". Adanya keraguan seperti ini menunjukan investigasi yang telah dilakukan tidak cukup dalam dan ceruta belum siap diterbitkan.

Menurut Melvin Mencher seperti dikutip dari " Peliputan Investigasi Profesionalisme Wartawan Investigasi dan Interplay Antara Struktur dan Agency (Studi Kasus dalam Praktiknya di Majalah Tempo)", yang ditulis oleh Johny Herfan, The Moral Componant merupakan unsur penting peliputan investigasi. Wartawan mengumpulkan data menguatkan fakta untuk meningkatkan motivasi moral. 

Penilaian moral bertanggung jawab mengandaikan adanya verifikasi. Karena itu moral terkait fakta dapat diverifikasi oleh wartawan. Peliputan investigasi mengajak pembaca memerangi pelanggaran yang tengah berlangsung dan dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

Masih dalam "Peliputan Investigasi Profesionalisme Wartawan Investigasi dan Interplay Antara Struktur dan Agency", pada peliputan investigasi wartawan dapat menemukan kasus tertentu yang mesti dibuka dengan sengaja. Narasumber bisa diasumsikan mempunyai kemungkinan untuk memanipulasi fakta. Untuk itu ada dua bentukan umum kerja jurnalisme investigasi. 

Pertama, terkait dengan pekerjaan menginvestigasi dokumen-dokumen (the paper trails) dan penyelidikam terhadap subjek-subjek individu yang terkait dengan permasalahan. Kedua bidang umum peliputan investigasi ini diistilahkan dengan paper trails dan people trails.

Wartawan mencari bahan-bahan dokumentasi dari publikasi koran, majalah, televisi, radio, buku-buku, referensi tesis atau disertasi, komputer berbasis data atau internet. Penelusuran dokumen melalui saluran komunikasi untuk memeriksa kebenaran dari pernyataan narasumber terhadap suatu peristiwa disebut paper trails. 

Sementara itu, wartawan memperoleh keterangan dari narasumber yang berwenang dan terpercaya untuk memperkuat pembuktian dengan fakta peliputan investigasi disebut people trails.

Untuk menemukan dokumen atau sumber-sumber yang dibutuhkan tentu tidaklah mudah. Dalam hal ini, para jurnalis mungkin harus mencari cara-cara yang kreatif untuk mendapatkannya. 

Maka dari itu para jurnalis yang terjun dalam menginvestigasi memerlukan sebuah metedologi dalam menemukan sumber-sumber yang diperlukan. Metedologi di sini adalah pendekatan yang digunakan dalam penelitian.

Menurut buku "The Investigate Journalism Manual", seorang jurnalis mesti merencanakan kombinasi ketat riset dokumentasi, wawancara langsung, kunjungan ke tempat kejadian atau observasi, dan pendekatan-pendekatan lain. 

Seorang jurnalis juga perlu memutuskan sumber-sumber mana yang digunakan, berapa banyak waktu yang dikerahkan untuk masing-masing sumber, prosedur pengecekan silang seperti apa yang akan dipakai, dan bagaimana semua langkah dalam proses investigasi ini akan dilakukan.

Selanjutnya, salah satu langkah penting dalam merencanakan metodelogi adalah menimbang halangan-halangan yang mungkin ditemui dalam sebuah proses investigasi. Andai tidak mendapatkan akses kepada dokumen tertentu, atau sumber utama menolak berbicara, maka seorang jurnalis meski memiliki rencana-B. Dengan menyusun bukti-bukti alternatif untuk menguatkan temuannya.

Dengan melihat cara kerja jurnalis dalam menginvestigasi suatu kasus, maka laporan yang ditemukan oleh para jurnalis investigasi melalui media sangat jauh dari praduga, membohongi publik dan " bad news" - berita rendahan lainnya, mengingat apa yang akan disampaikan sudah melalui proses yang sangat panjang dan penuh dengan analisis yang cerdas dalam segala sudut pandang dan kedalamannya.

Terbongkarnya kasus mafia sepakbola di tanah air memang belum mencapai kata selesai. Namun keberanian dan kerja keras para jurnalis dalam mencari fakta-fakta kebenaran merupakan sebuah bukti keseriusan jurnalis dalam mengawasi dan mengontrol sepakbola di tanah air. 

Agar kedepannya dapat berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada pihak-pihak diuntungkan dari sepakbola. Dan terakhir, para supporter sepak bola tak perlu merasa khawatir ataupun sinis terhadap hasil dari terbongkarnya kasus pengaturan skor ini. Terlebih menaruh curiga berlebihan kepada media yang memang konsern dalam menjalankan dirinya dalam menginvestigasi kasus tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun