Mohon tunggu...
Oji Saeroji
Oji Saeroji Mohon Tunggu... Dosen - suka ngajar

..terlahir pada 1976 lalu di cirebon,.menulis untuk pembelajaran diri dan memperkaya ide,..mencari ilmu di SMPN Trusmi -SMA 3 cirebon, Ponpes Sunan Pandanaran Yogyakarta - Ponpes Darul Hikmah Lampung - S1 Kehutanan UNILA - S2 Kebijakan Publik UNRI; bekerja di Ditjen Pajak "I'am FISCUS I'am Not Corruptor" pernah berkarya di Sylva Ind, KAMMI, Watala,...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN Meluluskan atau Meluruskan

15 April 2013   09:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:10 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ujian Nasional tingkat SMA hari ini (15/04) dilaporkan dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Indonesia, hajatan tahunan Kemendikbud seperti halnya hajatan pemilu memang selalu memunculkan beragama cerita heroik hingga cerita miris. perjuangan anak-anak sekolah untuk lulus dengan belajar siang malam dan menambah les privat dengan seabrek biaya demi sebuah kelululas hingga cerita miris peserta yang tidak dapat mengikuti ujian nasional karena derita sakit atau tidak diperkenankan sekolah karena tindakan asusila. kini gambaran dan cerita UN selalu mengemuka bak sebuaha nover berseri, berulang-ulang hingga happy ending atau sad ending dengan derai air mata penyesalan.

namun demikian dibalik haru biru  pelaksanaan UN. UN kini seolah menjadi pembelajaraan nyata akan karakter bangsa yang buruk, bagaimana kenyataan hari-hari ini pelaksanaan UN lebih dianggap sebagai sebuah kewajiban formal dari peserta didik untuk meraih kelulusan, maka berlomba-lomba sekolah melakukan persekongkolan dari mulai, guru, pengawas hingga kepala sekolah demi label kelulusan 100% membocorkan kunci jawaban dengan beragam trik dan intriknya. sudah menjadi rahasia umum banyak sekolah dipaksa keadaan untuk ketakutakan jika siswa didiknya tidak lulus UN sehingga menghalalkan beragam cara ke peserta UN dan siapa yang melawannya bakalan menjadi musuh bersama sebagaiama pernah terjadi beberapa tahun lalu sesorang siswa yang membocorkan kesurangan sekolahnya malah dijadikan musuh disekolahnya.

Jika demikian adanya UN tidak lagi menjadi ajang meluruskan karakter dan keilmuan anak-anak bangsa ia lebih sekedar sebagaia perangkat "stempel" kelulusan belakan yang kosong dari makna. kini saatnya dunia pendidikan sebagai garda terdepa pembangunan moral bangsa melakukan cara-cara bermartabat dan cerdas untuk membantu siswa didiknya lulus dari UN dengan tidak melakukan kecurangan-kecurangan tetapi dengan meningkatkan kapasitas pembelajarannya maka kelulusan UN bukan menjadi permasalahan besar. dan jika pun sekolah tersebut mendapati siswanya tidak lulus UN juga tidak serta merta mempunya citra negatif dalam kualitasnya tetapi sebagai sebuah evaluasi pembelajaran.

kini sudah saatnya sekolah-sekolah meninggalkan gengsi kelulusan demi nama baik sekolahnya dengan lebih banyak memberikan pelurusan akan pendidikan yang jujur. kalau tidak mulai dari sekarang kapan lagi bangsa ini mempunyai pemimpin-pemimpin jujur dan bermartabat, semoga.. selamat melaksanakan UN semoga sukses selalu

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun