Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menangkap Makna Hidup dari Jalan

13 Desember 2022   21:39 Diperbarui: 13 Desember 2022   22:26 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: deeppublish.com

" Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda. Dan, kebijaksanaan adalah dimensi mahal pada diri seseorang. Ia memainkan peran sebagai nilai manusia. Dasar itu bisa meletakan sikap antara menghargai pendangan orang lain atau tidak,"

Jalanan malam di Jakarta, tidak pernah kering dari keramaian.  Gelegar langit tanda hujan bakal datang tak menyurutkan sedikitpun kelenggangan. Sudah marwah kota metropolitan. Kesunyian tersimpan rapat dalam dada, sementara keramaian tak pernah lelah ditampakan.

Desingan suara kendaraan dan bunyi klakson bersahut-sahutan ibarat nyanyian jalanan ibukota. Telinga-telinga harus terbiasa pada komposisi nada ini agar bisa dibiang mampu bertahan.  

Menikmati note nada bernama kemacetan. Panggung seni kehidupan  atas harapan. Tertampung semua tujuan-tujuan. Dengan lakon dan  peran yang dimaikan masing-masing. Tak terbaca hanya dari punggung atau wajah sekalipun.

" Manusia itu seperti lampu hijau dan lampu merah," Ujar Muliansyah. Driver Ojol yang saya tumpangi dari Cawang menuju Mall Casablanca.

Kemacetan membuat kami berdua beberapa kali geleng-geleng kepala melihat tingkah keburu-buruan dilandasi emosi pengguna jalan.

Beberapa kali pula terhenti di traffic light. Menyaksikan Kesembrawutan saat lampu lampu merah berganti hijau. Saling serobot walau di jalur itu sudah nyata merah.

" Kenapa kita harus belajar dari dua warna yang terpampang di traffic light itu," timpalku sembari mendekatkan pendengaran. Jalanan kota tidak memberikan  jatah pendengaran jernih ketika mengobrol.

" Manusia itu seperti lampu merah. Ia tidak pernah ditunggu kehadirannya. Namun selalu ada guna memberikan mudarat dan nilai-nilai. Menarik manusia agar sejenak berhenti dan tidak terburu-buru. Walau kehadirannya sekian detik itu selalu dicaci maki tetapi ia tetap ada," jelasnya. 

" Lalu bagaimana dengan hijau," tanyaku penasaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun