Duduk kami berbagi cerita. Dua gelas kopi hitam menjadi teman diskusi. Saya banyak belajar politik dari pria yang mendedikasikan diri menjadi PNS ini.Â
Baginya politik adalah seni dari kegelisahan pembangunan. Alat buat mewujudkan cita-cita kesejtaeraan. Sehingga ketertarikannya pada politik membuat isi kepalanya dipenuhi strategi-strategi dan teori politik. Sekaligus pelaku politik.
"Kakanda mau ngambil jabatan Pejabat Kepala daerah," ujarnya membuatku kaget.
"Lah kenapa Kanda. Ada apa dengan jabatan sekarang," tanyaku.
" Kan lumayan adik. Kalau jadi dan lolos bisa punya track record bagus," jelasnya.
"Lah bukannya itu penurunan karir Kanda,?" Tanyaku lagi-lagi dengan keheranan.
"Jadi Pj. Jabatan saat ini tetap. Kan saya hanya diperbantukan sementara. Lumayan punya value," ujarnya sembari memetahkan potensi dan peluang di daerah yang hendak diduduki.
Kami pun mendiskusikan detail-detailnya setelah saya memperlihatkan berita dari daerah mengenai pengusulan nama-nama oleh Gubernur Ke Kemendagri. Nama-nama itu menjadi jagoan dalam penetapan nanti untuk memimpin kekosongan jabatan.
"Tenang saja Dik. Banyak jalan menuju Roma," ujarnya. Sungguh jawaban yang tendensius.Â
Pertemuan kami sangat singkat. Ia pamit duluan lantaran ada panggilan penting dari petinggi salah satu partai.Â
Pertemuan dengannya mengingatkan saya pada seorang pejabat Idealis tempat saya menanyakan banyak hal. Utamanya perihal strategi politik dan lobi-lobi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!