Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Televisi Milik Nenek

8 November 2022   14:11 Diperbarui: 8 November 2022   17:29 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Televisi milik nenek (dokpri)

Nenek-nenek sesuai mereka sering berkunjung. Kursi pelastik biru kesukaannya ibarat saksi betapa ia bahagia berbagi cerita bersama mereka. Apapun dibahas. 

Lama berlalu kebiasaan itu tak lagi berjalan. Ia masih tetap duduk di kursi biru kesayangan tersebut. Namun sudah tak nampak lagi aktivitas bersama. Paling-paling satu dua orang warga desa yang mampir. Kesimbangan generasi nampak jelas. Kesunyian sudah mendera. 

Waktu telah merapatkan sepi pada uzurnya umur. Memeluk erat hingga ke dalam diri. Kehilangan tak lagi bisa diubah. Ia melalui itu. Seperti ubanan yang tak menyisahkan satu helaipun di kepala. Waktu dan generasi adalah dimensi yang yang tak terelakan.

Ia mungkin pengawal abadi dari kehilangan-kehilangan. Menitikan air mata dan memanjatkan doa agar keselamatan di akhirat diperoleh pada setiap kepergian. Setiap kali kabar datang, wajah sedihnya tak mampu disembunyikan. Air mata tak mampu terbendung. 

Sesekali ia menyuarakan wasiat,  menghitung-hitung kapan tiba waktunya. Seperti hidup dunia tak begitu lagi menarik dalam balutan kesunyian.

 "Baiklah nanti kita belikan yang baru," sahutku pada Faisal.

Televisi itu rupanya sudah setahun rusak. Dan belakangan ketika bosan sudah menyerang lantaran capek berjalan ke rumah tetangga. Nenek lebih memilih tidur. Dan murung lebih sering.

Satu set televisi lengkap dengan Parabola dan Provider kemudian terbeli. Faisal membawa pulang barang itu ke kampung.

Dua hari kemudian Ia mengabarkan " Kak, nene sekarang sudah senyum-senyum," 

"Kenapa,?" Tanyaku.

"Televisi sudah jadi. Nenek sekarang lebih banyak di rumah dan sudah sering ketawa," jawab ical.

Sungguh kebahagian itu sederhana. (Sukur dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun