Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Di Balik Daerah Bahagia

22 Oktober 2022   18:43 Diperbarui: 24 Oktober 2022   12:30 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pulau Maitara, Kota Tidore Kepulauan, Provinsi Maluku Utara.| Dok. Kementerian ATR/BPN via Kompas.com

Menjadi daerah yang paling bahagia dalam urutan daerah di Indonesia adalah kebanggan tersendiri. Walau dibalik itu, ada rupa tersembunyi. Kekerasan seksual, konflik tambang, kerusakan lingkungan, ketidakadilan pembangunan, dan lainnya masih patut dilirik sebagai bagian dari ukuran menyeluruh.

Segitulah ukuran-ukuran yang diperdebatkan bersama seorang kawan. Ia baru membaca prestasi Provinsi Maluku Utara di tahun 2021 sebagai Provinsi Maluku Utara. Di mana ukuran iu berasal kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup (eudaimonia). (1)

"Wih ternyata daerahmu masuk provinsi paling bahagia ya," seruhnya.

"Dari mana aja kau bro. Sudah dari tahun 2021 kali," sahutku dengan bangga.

"Emang benar," tanya ia kemudian.

Saya pun menjelaskan bahwa tiga kriteria sebagai ukuran utama itu memang benar nyatanya. Kepuasan hidup lantaran kegembiraan selalu mampu ditemukan dalam pergaulan sosial. 

Satu dengan yang lain masih mampu berbagi dari lingkungan terkecil hingga terbesar. Pun dengan perasaan, alam telah menyediakan itu semua. Eksotisme alam Maluku Utara masih mampu dinikmati secara gratis. Pun makna hidup.

Tiga elemen itu menjadi kuat dengan praktik sosial budaya. Adat, nilai-nilai bermasyarakat masih tertanam begitu kuat. Prinsip-prinsip dan tata cara masih dari norma dan etika berjalan kental.

Masyarakat hidup bahagia karena lingkungan sosial bersih. Tak punya lauk bisa minta ke tetangga atau mengikat tali senar lalu mancing. Bikin acara tak perlu sewa sana sewa sini, sebab Babari; gotong royong adalah praktek utama. Bahkan dalam sejuta penduduk di sana, masih bisa saling mengenal. Antar suku hingga antar daerah.

"Begitu ya. Sungguh luar biasa. Kontras dengan peradaban kota." sahutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun