Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengalaman Menjajal Jawa Tengah

15 Oktober 2022   09:56 Diperbarui: 16 Oktober 2022   07:24 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Muda di Semarang.(TribunTravel/Muhammad Yurokha)

Di Candi Mendut, saya memasuki sebuah toko. Seorang pria setengah baya menyambutku. Tentu sebagai seorang penjual dan konsumen. Toko dengan menjual berbagai olahan tembakau dari seluruh Indonesia. 

Salah satu sosok yang saya temui di Kab. Magelang (Dokpri)
Salah satu sosok yang saya temui di Kab. Magelang (Dokpri)

Tembakau belakangan ku ketahui merupakan salah satu komoditi yang paling banyak juga di tanam dan diusahakan. Banyak produk rokok tak bermerek dengan harga dibawah pasar. 

Tembakau-tembakau oleh petani dan tidak terserap industri menjadi produk rumahan yang cukup terkenal. Tembakau memang masih menjadi dilema dalam kajian potensi di bidang pertanian. Pro kontra sudah menjadi hal umum bahkan tidak menjadi pilihan bijak dalam penelitian ilmiah.

Ia menyambutku, mempersilahkan saya mencicipi apa saja yang saya mau. Beberapa serutan tembakau saya coba. Kemudian ngobrol sebentar. Satu yang saya ingat, ia tak kesal karena tak membeli. Toh selera konsumen tak bisa dipaksakan.

Dua hari di Magelang, cuaca yang sangat dingin. Saya kurang terbiasa dengan cuaca begini. Terbiasa dengan hawa panas pesisir rupanya menjadi sedikit kendala. 

Saya jujur, sedikit heran dengan kota destinasi wisata ini. Kehidupan seperti berjalan sangat lambat. Keheranan saya hadir berulang kali ketika pagi, tidak ada aktivitas ekonomi berarti. Pada pukul 9-10 pun masih banyak toko-toko yang belum buka.

Pun malam hari, di atas pukul 8, banyak sudah toko-toko yang tutup. Dan aktivitas merenggang. Namun saya ketahui, ketika bertandang ke pasar tradisional, justru aktivitas di pasar justru dilakukan malam hari. Ramai pada pukul satu dini hari. 

Petani sedang menggarap lahan tembakau (Dokpri)
Petani sedang menggarap lahan tembakau (Dokpri)

Dua hari kemudian, kami menuju Kota Solo. Menjajal jalan diantara Gunung Merbabu-Merapu. Saya begitu kagum dengan kehidupan di sini.

Kanan kiri terhampar berbagai banyak komoditi holtikultura, kehidupan ramai penduduknya, aktivitas bertani. Bukit-bukit sejauh mata memandang, terpampang jelas tanaman-tanaman. Tidak ada lahan yang tersisa sejengkal pun digarap. Sungguh penompang pangan luar biasa bagi penduduk di bawah sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun