Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Kapal

2 September 2022   19:59 Diperbarui: 3 September 2022   13:55 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak apa bang, setidaknya itu menjadi pengingat bagi ku untuk lebih menghargai tuan rumah," sambutku

" Teguran saya agar kita dapat menghargai wadah yang memberikan keselamatan dan rejeki utamanya bagi kami nelayan," jelasnya

Kedua kalinya aku meminta maaf atas ketidaksopanan yang kutunjukan sore tadi. Setidaknya, aku memahami bahwa adab kehidupan seyogyanya dharus di kedepankan di mana saja. Tidak sekali-kali terlupakan dalam kehidupan antar manusia. Adablah yang membikin manusia menjadi manusia. Membedakan satu dengan lainnya.

 Makan malam  itu menjadi malam yang penuh keakraban dengan para Abk apalagi aku diistimewakan mendapat kepala ikan sebagai santapan. Kepala ikan merupakan menu makanan yang paling di minati di timur. Paling laku di meja makan. 

Diolah apapun---dibakar, di goreng, di rebus, di santan, dll- selalu menjadi rebutan. Entah apa dasarnya, namun kebudayaan makan suatu suku, kaum, kelompok tidak semerta-merta diperdebatkan apalagi dilarang memakai kajian ilmiah.

Makan malam selesai, beberapa dari kami bergerak ke anjungan kapal. Ada yang memilih tidur, duduk menyendiri, memperbaiki umpan bulu ayam hingga sekedar meluruskan badan. 

Di anjungan, di tengah terpaan angin malam yang menusuk sendi, poro-pori, tulang belulang kami berbagi kisah. Sungguh menyesal aku tak membaqa jaket.

 Aku termakan penasaran kemapa kapal ini begitu istimewa. Jawaban sebelumnya memantik diri untuk bertanya makna menghargai kapal ini.

" Bang, maaf boleh bertanya," tanyaku pada pria berewokan yang kini menjadi kawanku. Namanya Iwan (40 tahun).

" boleh,  asal jangan matematika. Tak pandai saya," ujarnya sembari bercanda. Abk lain ikut menimpal " sini saya ajarkan," sembari menunjukan dua jemari kasar, besar dan menghitung layaknya bapak mengajari anak berhitung. Tawa pecah seketika.

Aku melanjutkan " Apa filososfi dari kapal ini, sehingga harus di hormati,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun