Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rezeki dari Gerobak

8 Agustus 2021   10:19 Diperbarui: 8 Agustus 2021   11:41 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah Satu Pedagang Pentolan di Pantai Falajawa (Dokpri)

"Jadi gini bang. Saya jualan punya orang bang. Jadi soal itu saya tidak tau. Kami hanya berjualan dengan hitungan perbiji yang laku 650 rupiah untuk pemilik dan 350 untuk kami. Jadi sehari kami meraup sekira 135 ribu" ujarnya.

Iapun menjelaskan bahwa selain dirinya, ada sekira 15 orang yang bekerja di bawah satu pemilik. Keuntungannya ialah makan dalam (Diberi makan tanpa mengeluarkan biaya) dan naungan atau tempat tidur.

Setiap hari mereka berkeliling dari pagi hingga malam. Target agar dagangan ledus selalu diterapkan sebab dengan begitu keuntungan mereka akan tinggi. Walau mempunyai tempat langganan, akan tetapi berkeliling lebih banyak dilakukan. 

Kamipun mengobrol lebih dalam tentang dari mana asalnya hingga keluh kesah saat berjualan. Salah satu keluhannya ialah adanya oknum pedagang  nakal yang menetapkan retribusi sebesar 10.000 rupiah perminggu. Pedagang ini adalah pedagang yang sama-sama berdagang pentolan. Yang membedakan hanya lamanya Pedagang di lokasi tersebut.

Iapun memberikan retribusi tersebut walau dirasa ganjal karena Ia orang baru. Mendengar itu sata sendiri geram dan menjelaskan bahwa di lokasi ini tak ada retribusi dan hal dalam menangih retribusi di Kota Ternate hanya Dishub dan dinas Pasar. Itupun hanya 2.000 Rupiah.

Penjelasn demi penjelasan saya berikan. Bahwa tak ada ceritanya retribusi ditagi pedagang. Sebab di kota ini tak ada wilayah kekuasaan layaknya di Jakarta sana. Tak ada jatah preman dll.

Sayapun menegaskan agar jangan diberikan sebab itu pemalakan dan tidak dibenarkan. Kami mengobrol lama sebelum Ia pamit berkeliling karena lokasi sudah sepi. 

Ceritanya membawa saya mengingat beberapa pertemuan dan obrolan yang terbangun dengan para pedagang yang mengais rejeki dari gerobak  Salah satunya Mbak Ati (50 Tahun). Langganan saya yang berjualan Bubur Kacang Hijau.

Bu Ati saya memanggilnya, berjualan kacang hijau masih di lokasi yang sama yakni di Pantai Falajawa. Bedanya Ia menjajakan daganganya agak jauh dari lokasi. Lebih ke Selatan sekira 100 Meter.

Bu Ati sendiri berasal dari Tegal, dan sudah di Terante selama 10 Tahun. Ia awalnya berdagang di Lokasi lain, namun karena kakaknya yang pulang ke Jawa dan terhalang pandemi untuk kembali maka lokasi kakaknya kemudian ia pakai.

Harga perporsi dibandrol senilai RP. 6.000. Jika ditambah ketan Rp. 7.000. Ia berjualan hanya pada pagi dan malam hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun