Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perjuangan Si Anak Tukang Parut Kelapa

1 Juli 2021   01:51 Diperbarui: 1 Juli 2021   12:39 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | TRIBUNJAKARTA.COM/NOVIAN ARDIANSYAH

Fahrudin duduk diam menyimak obrolan hangat dengan salah satu kompasianer yang lama tak bertemu. Ia serius menyaksikan kami berdua bercerita. Ia nampak malu dan hanya melempar senyum sesekali.

Wajahnya sedikit muram seakan menyimpan sebuah prahara. Ibarat dahaga yang harus secepatnya diberi air. Sayangnya malam itu saya suguhkan kopi hitam.

Walau sudah berkenalan diawal pertemuan tadi, ia masih enggan terlibat dalam obrolan dan setia menjadi pendengar. Sebelum akhirnya kawan saya menyampaikan bahwa kedatangannya membawa serta Fahrudin agar saya bisa sedikit memberikan nasihat dan masukan.

Fahrudin hendak melanjutkan pendidikan strata dua di Jakarta. Namun Ia butuh dorongan yang lebih kuat, agar keraguan di dalam dirinya tak surut. Jadilah topik obrolan berganti. 

ilustrasi / sumber : cnume.hume.blog
ilustrasi / sumber : cnume.hume.blog
"Rencana kuliah di Jakarta,"? tanyaku.

"Iya bang. Tapi saya masih ragu," Ujarnya

"Apa yang membuat kamu ragu,"? timpalku

"Ragu segala hal bang. Kondisi keuangan, bisa bertahan atau tidak, gimana cara kita makan dan hal-hal semisal itu. Saya orang miskin bang" jawabnya lugas.

"Pesan pertama saya, tidak ada ceritanya orang yang sekolah mati kelaparan. Mencari Ilmu adalah jalan yang di Ridhoi Allah SWT. Pergilah, jangan ragu," tegasku.

Ia diam, seakaan memikirkan sesuatu. Antara yakin atau tidak yakin. Saya melihat sorot matanya dalam-dalam dan menemukan makna bahwa Ia sedang berusaha membangun kepercayaan diri atas keputusan yang diambilnya. Menghitung untung rugi dari segala tindakannya. 

Untuk mencairkan suasana, sayapun berbagi sedikit cerita di mana saya pernah berada pada posisi yang hadapnya. Bahkan lebih dari itu, tentang nikmat dari susah dan keluh kesah serta kesan sebagai anak perantau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun