Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muara Kemerdekaan, Ikhlas

18 Mei 2021   17:45 Diperbarui: 18 Mei 2021   18:06 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Kaba 12.com

Di kesempatan lain, di Kota Bogor,saya menyambangi seorang kenalan di rumahnya. Karena berbagai rutinitas membuat kami  jarang bertemu. 

Saat sampai, tanpa tanya Ia langsung menyeduh segelas kopi seakan ia sudah menyadari selera kopi yang sering saya nikmati.

Dua gelas kopi obrolan kami. Banyak hal yang saya utarakan tentang keluhan, keresahan serta ambisi. Melihat mimik wajah saya yang nampak frustasi, ia lantas memberi petuah.

"Kata guru saya, jalanilah kehidupan dengan sabar dan jangan egois. Kadang manusia memiliki obsesi yang begitu tinggi hingga mengabaikan hak orang lain. Baik itu hak benda maupun perasaan. Pun dengan ambisi, yang mendorong seseorang berlaku lebih. Muaranya kita tidak mampu mensyukuri nikmat Allah SWT. Nikmat dari keihlasan," sentilnya

Seketika saya merasa lega. Pesannya memberi solusi atas segala hal yang mengekang diri. Sudah terlampau berhasrat hingga ada bagian kehidupan yang terabaikan atau di rusak. Sesuatu yang memuncak dalam diri terkadang berlwanan dengan konsepsi diri.

Perlawanan diri pada nilai absolut. Manusia kadang merasa tidak cukup dengan apa yang diterimanya, terkoptasi pada dimensi besar sehingga lupa ada ruang-ruang kecil dalam diri yang berdampak besar. Kemerdekaan diri.

Kemerdekaan diri tidak hanya pada konteks kemerdekaan berpikir akan tetapi lebih dari itu. Tindakan dan penerimaan yang iklas dalam diri; ilmu diri bahasaku. Bertindak serta bersikap. Dan iklas menjalani segala-galanya.

Hal-hal sederhana kadangkala menyangkut di hati dan hal sepele justru membawa pada perasaan iri hati. Iklas menjadi catatan penting dalam mengenali diri, menjadi rumus kebahagiaan menjalani kehidupan.

Terkadang, melihat seseorang meraih sukses dapat menjadi gelojak dalam diri, kenapa ia begitu dan saya tidak, kenapa ia banyak duit saya tekor, kenapa begini kenapa begitu. Padahal belum tentu apanya dia beraaal dari hal yang membagahiakan atau pada jalan keihlasan.

Saya jadi mengingat nasihat teman, hidup bergelimang harta adalah aib jika mati dalam keadaan kaya. Sediki atau banyak perlu diimbangi rasa syukur. Dari situlah muara keihlasan.

Kemerdekaan diri adalah keikhlasan. Beribadah dengan ikhlas, makan dengan iklas bahkan tidur dengan ikhlas. Semua konsep kehidupan perlu diimbangi keihlasan agar tak ada dengki atau siasat yang membawa diri lupa segala-galanya. (Sukur dofu-dofu)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun