Saya sendiri kembali ke rumah pukul empat pagi. Saking banyaknya persiapan yang harus dilakukan. Bahkan tak terhitung sudah berapa gelas kopi yang yang teguk.
Esok siang, saya kembali. Tetapi sudah dengan penampilan yang berbeda. Bersama beberapa teman yang juga menerima undangan, kami berangkat ke lokasi acara pukul satu siang. Tepat jam makan siang.
Setelah sampai, dan sebelum makan, kami bersalaman dengan wisudawan, berfoto dan saling bercanda. Kemdian, mengambil piring dan menyantap hidangan yang disediakan.
Acara makan seperti ini selalu dipenuhi para undangan. Bahkan untuk mengambil makanan saja harus berdesakan. Walaupun ada sekira seribu orang yang di wisuda, akan tetapi tidak semerta-merta sebuah acara makan siang sepi.
Saya sendiri hari itu menuntaskan tiga undangan dengan lokasi yang berbeda-beda. Bahkan malamnya juga mengjadiri undangan makan malam salah satu wisudawan sembari menikmati pesta joget yang digelar tuan rumah.
Jamuan makan siang adalah salah satu budaya yang sudah melekat erat di masyarakat terutama di Maluku Utara. Walaupun tak banyak pula yang menggangap kondisi tersebut sebagai bagian dari menghamburkan uang.Â
Walaupun demikian, jamuan makan siang merupakan bentuk dari rasa syukur atas keberhasilan seseorang. Di sini banyak tersimpan makna seperti yang disinggung di atas. (sukur dofu-dofu)
