Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Terima Kasih Ma..

4 April 2021   12:29 Diperbarui: 4 April 2021   12:31 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber. Benyinstitut.com

Sekira lima belas menit menunggu sebelum akhirnya benar-benar masuk ke ruangan tempat ibu saya di rawat. Tak ada kata halo atau sapaan yang keluar dari mulut beliau seperti biasa. 

Selang oksigen sudah merayap masuk ke kehidung. Entah berapa kabel yang terpasang di badan yang lemah itu. Hanya monitor yang menjadi satu-satunya kehidupan. 

Garis naik turun yang merekam jantung, darah dan napas serta kondisi lain saya pandangi dalam-dalam. Apakah ini Ma.? tanyaku dalam sedih.

Berkucuran air mata ini menyaksikan dirimu terkulai lemah di ruangan ini. Sudah seminggu kau terbaring tanpa sadar atau mengeluarkan sepata katapun.

Air mata  tak lagi kuasa menahan. Jatuh bercucuran mebahasi pipi. Menyaksikan sakitmu membuat diri menjadi hancur berkeping-keping. Andai saja kita bisa bertukar, maka akan ku minta bertukar atas rasa sakitmu.

Saya diam, dan memandangi wajahmu erat-erat. Wajah tanpa senyum seperti biasa. Kudekatkan diriku lalu berbisik ditelingamu, " Ma, aku sudah pulang. Bangun lah Ma" 

Tiga kali bisikan dengan penuh harap hingga sebuah mukzijat menggerakanmu menolehku. Matamu berlahan terbuka dan menoleh ku. Walau tak ada suara yang keluar.

Seakan menyambutku pulang dan berusaha bangkit. Seakan kau tak mau diri ini menyaksikan kondisimu. Kita bercengkrama. Walau berderai air mata. Saya terus bercerita dan kau mendengarkan. Tentang impian yang kau inginkan.  

Saya tau, ada kekwatiran yang selalu menyelimutimu. Tentang kami anak-anakmu. Hari ini, saya yakinkan padamu bahwa semua akan baik-baik saja. Semua akan berjalan dengan ketetapan Tuhan.

Kita berbagi cerita hingga menjelang sore. Sebelum cerita itu tinggal kenangan. Kau pergi ke pangkuan sang kuasa. Dihadapan kami, anak-anakmu dan keluarga besar. Di ruangan yang tak pernah akan saya lupakan.

Kau pergi dengan senyum dan wajah yang luar biasa bersinar. Dengan indah pada napas terakhirmu. Dengan rahasia yang tak semua orang bisa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun