Minggu pagi, sekira jam lima subuh saya sudah sibuk sendiri memilih kameja yang akan saya gunakan. Mencocokan satu persatu baju hasil tawar menawar di pasar Senen.Â
Kesibukan pagi ini lantaran, harus menemani salah satu junior saya dari daerah yang juga seorang  kompasianer mengikuti prosesi wisuda di Jakarta Convention Center (JCC).Â
Setelah dirasa pas, dari Cawang saya menumpang gojek menuju Tebet dan sampai pukul enam. Di kontrakan ramai-ramai ini, ia sudah bersiap-siap. Begitu pun dengan anak perempuan yang menyediakan makanan seadanya. Dari Tebet, kami kemudian menumpang Gojek menuju lokasi acara.
Nasib kemudian mempertemukan saya dengan pak Memet. Lantaran yang diwajibkan masuk ke lokasi acara wisuda hanya peserta sementara pengantar atau keluarga tidak diijinkan. Alhasil saya harus menuju pintu keluar dan berniat mencari tempat ngopi.
Saya kemudian menuju pintu keluar ke arah jalan masuk Stadiun Gelora Bung Karno. Namun, sebelum sampai tujuan, mata saya tertuju pada sesosok pria yang sedang menyeduh kopi pesanan Pak Polisi yang sedang berjaga di bawah jembatan layang.Â
Tanpa pikir panjang, saya menghampiri beliau dan memesan segelas kopi. Tangannya yang lincah menyeduh satu persatu pesanan. Belum juga menyapa, beliau sudah berujar " yah beginilah. Usaha seperti ini harus banyak sabar".
Pak Memet tidak mengenal akhir pekan. Bersepeda atau lari pagi seperti orang-orang pagi ini. Â Setiap hari ia berjualan berkeliling di seputaran Gelora Bung Karno.Â
Motor butut bermerek Yamaha ini ia pacu berkeliling. Dari satu kerumunan ke kerumunan lain. Jika ia menerima informasi ada kerumunan warga, ia akan menuju ke situ dan menawarkan kopi maupun rokok.
Pria 49 tahun asal Lamongan Jawa Tengah ini sudah 25 Tahun di Jakarta. Kata Pak Memet, sebelum presiden Soeharto lengser ia sudah berada di Jakarta. Ia lupa tahun berapa.
"Saya masuk keluar hutan ngambil rumput untuk kambing ternak milik warga. Kalau tidak salah jumlah kambing yang diberi makan sekira 15 ekor." Ujarnya disela mengaduk kopi pesanan pelanggan.