Putus kuliah ia tak memiliki pekerjaan. Dan menganggur setahun lebih. Keluarganya yang berasal dari ekonomi lemah dan ibunya yang sakit-sakitan kemudian mendorongnya mencari pekerjaan.Â
Sempat berprofesi sebagai tukang ojek memakai sistem bagi hasil dengan pemilik sepeda motor. Yakni, sistem setoran atau sistem persenan.Â
Sistem setoran ialah sistem dimana dalam sehari, para penarik ojek semisal Fikram harus membayar sejumlah uang yang telah disepakati. (akan dibahas pada artikel berikut) dan sistem persen yakni dalam sehari pendapatan dibagi rata.
Merasa dirugikan, ia memutuskan mengembalikan sepeda motor dan berhenti. Walaupun sesekali ia masih melakukan pekerjaan yang sama memakai sepeda motor milik saudaranya.
Alhasil, ia bekerja serabutan, menjadi kuli bangunan atau hanya sekedar membantu pekerjaan warga dan diupah seadanya.
Melihat kondisi tersebut, beberapa dari kami kemudian mencari alternatif. Seorang rekan wartawan kemudian mengajak ia bekerja menjadi pengantar koran.Â
Pekerjaan ini ia lakoni hampir delapan bulan hingga ia memutuskan berhenti karena tak memiliki kendaraan. Selain itu, ia tak kuat setiap subuh harus menghadapi udara dingin. Jika ia sakit otomatis tak ada yang dapat menggantikan pekerjaan yang ia jalankan. dan Biaya yang dikeluarkan juga sangat besar.Â
Hal mendasar bagi dia ialah ketika sang ibu mulai sakit parah. Apalagi, kakek dan neneknya sudah terlebih dulu dipanggil sang kuasa beberapa tahun silam. Sehingga ia tak tega meninggalkan ibunya sendirian di rumah.
Bagi Fikram, ia selalu iklas menjalankan apa saja profesinnya. Namun ia juga memikirkan resiko yang bakal dihadapi. Kena marah dan dipotong gaji baginya adalah hal biasa. Sebab dari situ, ia mendapatkan sesuatu yakni pengalaman.
*
Ibarat durian runtuh, maslah datang bertubi-tubi. Tak lama berselang, sang ibu dipanggil setelah sebulan menahan sakit di ranjang rumah sakit.Â